“iyah...” kugamit tangan yang menjulur ke depanku, kucium punggung tangan itu. Setelah itu kubiarkan kedua ciuman mendarat dipipi kanan dan kiriku.
“Tos emam?”
“Udah tadi di Indramayu sakalian Jumatan, sae nya mih?” Bapakku yang menjawab. Hening sebentar lalu pecah. Mih Ocoh yang menempati rumahmu sendirian setelah kepergianmu menangis sambil mengusap kepala bapak. Meski sudah nyaris 40 hari, ternyata adikmu belum bisa menerima kenyataan bahwa kau sudah ditimbun di kaki Panenjoan sana.
Dua adik laki-lakiku memelukku, di belakang Ita dan mama mengusap air mata. Hahaha, sial. Susah sekali mengebaskan hati. Mataku panas, nek... kami merindukanmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI