Dalam kajian semantik, dikenal dengan istilah eufisme, yaitu kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus (Nursida, 2014: 53). Sehingga, kata baku “meninggal” dengan sengaja dirubah menjadi kata “meninggoy” untuk memperhalus suatu ungkapan dan ucapan.
Seperti penggunaan pada ungkapan candaan berikut: “meninggal aja deh kita” dan “meninggoy aja deh kita”. Ungkapan dengan kata “meninggoy” lebih bisa di terima sebagai bahan candaan dibandingkan dengan kata “meninggal”.
Lebih lanjut, kata “meninggoy” mengalami pergeseran dari segi penggunaanya. Seperti pada status instagram berikut:

Dengan kata lain, pose tampan dari ‘Jungkook’ tersebut sangat luar biasa dan yang melihatnya tidak bisa berkata apa-apa lagi atau seakan mau meninggal. Sehingga, jika dicermati lebih lanjut, kata “meninggoy’ digunakan untuk mengekspresikan suatu hal yang dianggap sangat bagus dan menarik bagi orang tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata “meninggoy” memiliki arti dan makna yang sama dengan kata baku “meninggal”. Tetapi, penggunaannya berbeda. Kata “meninggoy” digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang menganggumkan bagi orang tersebut.
Selain itu, kata “meninggoy” merupakan contoh dari eufisme. Sehingga, ketika orang-orang menggunakan kata-kata tersebut kepada orang lain, orang tersebut tidak merasa tersinggung dan menganggapnya sebagai bahasa lelucon.
Sumber Referensi:
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Nursida, Ida. 2014. Perubahan Makna Sebab dan Bentuknya: Sebuah Kajian Historis. AlFaz, Vol. 2, No. 2 Juli-Desember, 2014.
Sumber Daring: