Mohon tunggu...
Nur Kholifah
Nur Kholifah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa PAI'19 IAIN JEMBER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olip

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Itu Filsafat Eksistensialisme dalam Pendidikan dan Pemikiran Tokohnya

29 April 2020   19:55 Diperbarui: 29 April 2020   20:07 2804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

FILSAFAT EKSISTENSIALISME DALAM PENDIDIKAN DAN PEMIKIRAN TOKOHNYA Eksistensialisme dapat diartikan dalam sebuah faham yang beranggapan bahwa manusia memiliki kekuasaan atau kebebasan dalam menentukan tindakan dan nasib atau wujud keberadaannya sendiri serta bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. 

Aliran eksistensialisme terbagi menjadi 2, yaitu : Teitis, manusia dapat bereksistensi atau mempunyai kebebasan dalam bereksistensi, namun itu atas pengaruh kehendak tuhan. Sedangkan ateitis, manusia mempunyai kebebasan dalam bereksistensi itu tidak ada pengaruh kehendak tuhan. 

Sebagian yang berpikir esensi mendahului eksistensi beranggapan manusia memiliki keterbatasan dalam dunia ini, dan tuhan menjadi penolongnya, ini adalah orang teistik. 

Sedangkan sebagian yang berpikir eksistensi mendahului esensi, segala sesuatu yang dikatakan benar itu yang terlihat, yang tidak terlihat tidak ada, semuanya tidak ada kecuali diri kita dalam kehidupan ini, inilah sebagian penganut atheistik. Aliran ini sangat sangat berpengaruh dalam kemajuan dunia pendidikan, yaitu sebagai contoh  dalam sebuah ajang atau kompetisi. 

Dimana sebuah ajang atau kompetisi ini menjadi sebuah wadah bagi peserta didik atau sebuah lembaga untuk mengeksplorasi potensi yang dimiliki oleh peserta diidk, sehingga peserta didik dapat bereksistensi atau mewujudkan keberadaannya di dunia pendidikan. Guru juga dapat berpartisipasi dalam hal ini yaitu dengan cara membimbing dan memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan potensinya. 

Metode yang dapat digunakan dalam aliran ini adalah humanistik, karena metode atau teori ini sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap peserta didik serta menghargai setiap potensi yang ada dalam diri peserta didik. Guru juga berpengaruh dalam hal ini dimana guru harus siap dengan perbedaan potensi yang ada dalam setiap individu dan mampu menyesuaikan latar belakangnya dengan pembelajaran. 

Menurut aliran eksistensialisme tujuan pendidikan ini bukan hanya dalam hal teori saja, namun menekankan pada peserta didik yang dicetak untuk menjadi manusia yang kreatif dengan cara menciptakan sebuah gagasan atau fikiran dalam kehidupan sehari sehari atau lingkungannya. Sehimgga ia dapat bereksistensi dilingkungannya masing-masing. Berikut adalah beberapa pemikiran tokoh filsafat pendidikan eksistensialisme, diantaranya :

1. Jean Paul Satre Beliau adalah salah satu pencetus filsafat pendidikan eksistensialisme yang lebih menekankan pada kebebasan manusia. Beliau juga beranggapan jika manusia ini mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang dia suka dan apa yang dia pilih. Dalam dunia pendidikan, beliau berpendapat bahwa peserta didik ini diharuskan untuk percaya diri dengan potensi yang dimilikinya. Gagasan satre yang berbeda dengan dengan tokoh lainnya adalah manusia dalam keberadaannya atau eksistensinya ini bisa mendahulu, berbeda dengan benda dimana keberadaan suatu benda sekaligus menjadi eksensinya. 

2. Soren Kiergaard Menurutnya eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan yang harus dilakukan semua orang bagi dan untuk dirinya sendiri. Soren juga berpendapat bahwa kebenaran objektif pada akhirnya merupakan kebenaran yang berasal dari individualitas itu sendiri. Dimana individu itu sebagai objek. Konsepsi atau gambaran tentang sesuatu tidak akan memiliki arti apabila tidak pernah menubuh atau tertanam dalam diri kita. 

3. Martin Buber Martian buber berpendapat bahwa nilai eksistensi manusia tidaklah murni dari individualis saja, melainkan pengaruh dari relasi sesama dan teman relasinya tersebut. Dalam dunia pendidikan ia mendasarkan pada pendidikan karakter. Buber hanya fokus pada stimulus respon yang dilakukan seorang guru dan murid. Dimana seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan saja, tetapi guru harus mengetahui latar belakang dari setiap peserta didiknya. 

4. Martin Heidegger Pokok utama pemikirannya dalah manusia dan bagaimana cara ia ketika berada di tengah makhluk lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun