Mohon tunggu...
Khof H
Khof H Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Mari menjadi tidak sederhana!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Terlarang Sugar Daddy di Bangku Sekolah

26 Agustus 2020   12:00 Diperbarui: 21 April 2022   20:04 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa memang bukan soal seberapa lama kau menginjakkan kaki di bumi ini. Definisi "Dewasa" sangat banyak dan jangan lupakan jika setiap orang punya pandangan sendiri mengenai apa itu dewasa.


Pada saat aku kecil ( memang sekarang udah besar? masih kocikk aja terlihat. Aihh pokoknya pada saat itulah anggap saja begitu wkwkw) ingin sekali rasanya menjadi orang dewasa. 

Bagaimana tidak, menjadi dewasa sangat keren menurut ku. Punya uang, bisa bebas kemana saja. Ohhhh.. sungguh aku sangat naif saat itu. Begitu polos dengan paras yang sudah di poles. Hahahahah


Terlepas dari keinginan di hari kemarin itu, sekarang malah aku ingin kembali kemasa kanak-kanak. Tertawa lepas tanpa beban. Tidak ada kisah cinta dan harus kerja lembur bagai kuda. 

Sungguh banyak hal yang tidak kita pahami di dunia orang dewasa.
Untuk itu kali ini aku bakalan flashback ke masa SMP. Sudah cukup dewasa aku kali ini untuk membahas yang terjadi di masa itu, mungkin!.

Akan mudah menghakimi jika tidak tau duduk perkara.

Dunia ini tidak sesederhana yang terlihat. Sekarang aku mengerti, mungkin.

 Apa yang kau lihat tidak seperti yang terlihat. Begitu juga yang kau dengar, tidak seperti yang terdengar. Banyak rahasia yang tersimpan di bawah matahari.


Aku sangat mengagumi semua sosok guru yang ku jumpai. Mereka membawa hal yang sangat berarti dalam kehidupan ku. Entah itu hari ini, besok atau nanti.


Itu yang ku percayai. Kepercayaanku kepada sosok figur itu membuat aku kalang kabut dalam berfikir bahwa mereka adalah sosok yang sempurna baik itu konteks benar dan salah.


Kita bertemu banyak orang. Bisa kita sebut dengan teman. Mungkin untuk sekarang kata teman terlalu akrab untuk kita yang kian asing. Sengaja atau tidak, kata lupa itu sudah menyisip di antara kita. Ah.. sudah lah. Aku tidak ingin membahas tentang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun