Mohon tunggu...
Nurjaman Gunadi P
Nurjaman Gunadi P Mohon Tunggu... pegawai negeri -

saya nurjaman gunadi putra, alumni sosial ekonomi pertanian/agribisnis universitas padjadjaran yang mengabdi di badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT), masih merasa menjadi orang awam dalam berbagai hal dan sedang mencoba belajar banyak perihal sosiologi pedesaan serta pembangunan pertanian di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pasukan Kuning yang Bermartabat

21 Februari 2012   13:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:22 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa itu pahlawan? mungkin bagi mayoritas orang, mereka adalah yang membasmi penjajah ataupun yang jago bela diri dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Padahal begitu banyak definisi dan arti dari kata pahlawan itu sendiri. Tak melihat fisiknya yang tegap maupun rambutnya yang cepak (cenderung berorientasi pada para prajurit perang).

Menurut saya, seseorang yang membantu nenek/kakek untuk menyebrang jalanan pun sangat pantas di sebut pahlawan, jadi untuk mendapat julukan "pahlawan" sangatlah subjektif sekali kalau pendapat saya. Semenjak 4 tahun terakhir (masa-masa SMA,karena saat ini saya sudah memasuki semester 5 di Fakultas Pertanian UNPAD) saya lebih sering mengamati hal-hal apapun yang terjadi atau yang saya lihat selintas, kemudian saya sering merenunginya, apa sih hebatnya mereka? apa sih kelebihan mereka? dan lain-lain,  terhadap apapun yang saya lihat tentunya.

Karena saya habiskan waktu pergi dan pulang sekolah menggunakan sepeda motor, otomatis saya sering melihat berbagai macam orang di jalanan, dari mulai pengemis, supir angkot hingga pedagang asongan di stopan. Namun yang saya sering renungi di sepanjang jalan  adalah keberadaan para penyapu jalanan yang menggunakan rompi kebesaran berwarna kuning bertulisan DINAS KEBERSIHAN "BANDUNG BERMARTABAT (Bersih, Makmur, Tata dan Bersahabat)" ya karena saya tinggal di ibu kota Jawa Barat tersebut. Mereka sudah siap sedia ketika jalanan masih terhitung lengang, waktu belum menunjukkan pukul 6 pagi pun mereka sudah melakukan aktivitas rutinnya menyapu jalanan. Selain itu hilir mudik 'truk kuning" juga saya sering amati, ada beberapa orang duduk diantara kop supir dan bak sampah dibelakangnya, mereka terlihat letih dan tentunya sekujur badan terlihat sangat kotor bahkan cenderung dekil.

Sempat terfikir pula, apakah para pengguna jalan pernah sadar untuk tidak membuat sampah sembarangan, karena hal tersebut dapat membuat para pekerja kebersihan itu bertambah pekerjaannya, ataukah para pengendara memang sengaja membuang sampah di tepi jalan, agar para pekerja kebersihan itu memiliki job desk yang tetap setiap hari.

Ketika pagi hari saya pergi ke sekolah, bau sampah sudah tak asing ketika melewati salah satu pasar tradisional dekat rumah saya. Dalam fikiran saya, "saya saja yang hanya selintas melewati tempat itu sudah merasakan bau yang menyengat, apakah para pekerja pengangkut sampah itu sudah hilang perasa hidungnya sehingga kuat berlama-lama di tempat itu". Kembali lagi ada 2 kemungkinan atas pertanyaan saya sendiri itu, yang pertama ya karena tuntutan pekerjaan mereka mampu memendam rasa bau itu dan yang kedua karena mereka sudah biasa dengan bau tersebut, istilah sundanya geus jadi dulu jeung bau mah.

Setelah 2 tahun rute perjalanan menuntut ilmu saya berubah, saya memang menjadi kurang memperhatikan para "pasukan kuning" tersebut, di sepanjang jalan rute kuliah saya kini, jarang ditemukan lagi para pekerja kebersihan itu, mungkin karena sekarang saya sudah terlalu malas untuk pergi dari rumah pagi buta, sehingga tidak sempat melihat mereka lagi.

Namun, hari minggu tanggal 24 juli 2011 tahun lalu ketika saya ingin mencoba merasakan atmosfer para penjalan kaki dan pengendara sepeda yang menjadi mayoritas pengguna jalanan di daerah Buah Batu dan Dago secara tak sengaja saya melihat dan mendengarkan langsung jeritan "pahlawan kebersihan" itu lagi, tentunya secara personal saya tidak tahu nama dan usia beliau, namun dengan aksesoris kebesaran rompi kuning, saya yakin beliau adalah pasukan kebersihan yang mencoba membuat kota ini menjadi BERMARTABAT.

"Perhatian, bagi para pengunjung car free day yang terhormat, dimohon kerja samanya untuk tidak membuang sampah sembarangan". Terdengar jelas di telinga kanan saya, ketika saya menoleh ternyata seorang bapak paruh baya dengan mengunakan pengeras suara menghimbau para pengunjung di di Car Free Day (CFD) Dago.

Ketika hampir sebagian besar masyarakat di tempat itu tertawa lepas, lari ke sana kemari, hal diatas adalah salah satu ironi di tengah-tengah euforia menikmati hari minggu yang cerah itu. Di areal lain, banyak berkerumun orang yang tertuju pada pagelaran musik dadakan yang diadakan berbagai perusahaan, ya selain untuk menghibur para pengunjung CFD, tentunya tujuan utama mereka adalah promosi, sungguh strategi pemasaran yang cerdik.

Kembali lagi ke masalah kebersihan, baru beberapa meter setelah mendengar suara bapak dari Dinas Kebersihan tersebut, mata saya tertuju pada aspal di depan sepeda, dan sampah-sampah berserakan  dan bermacam-macam, yang ada dalam fikiran saya adalah Apakah bapak itu telat memberi himbauan tersebut? dan Apakah judul dari kegiatan ini harus menjadi Rubbish and Car Free Day? Agar para pengunjung tidaklah berpaku dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor, namun mereka juga harus tertib dalam membuat sisa makanannya.

Memang tidak dipungkiri, perputaran uang di CFD ini menjadi pemicu sampah menjadi berserakan di sekitaran lokasi CFD itu sendiri, di tambah masih kurangnya tempat sampah yang tersedia juga membuat para pengunjung menggunakan cara singkat dengan membuangnya di sembarang tempat.

Jika di fikirkan lebih dalam, saya menjadi teringat kembali terhadap para pahlawan kebersihan kota ini, ibu atau bapak ataupun remaja seumuran saya yang memang bergelut dalam pekerjaan penyapu jalanan, dengan giatnya mereka membersihkan daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon di pinggiran jalan di kota ini, dengan upah yang saya jamin pastilah kecil, mereka harus bertarung dengan keselamatan mereka ketika bekerja (makin banyaknya pengendara motor ugal-ugalan menjadikan pekerjaan mereka sangatlah berisiko) juga ditambah sampah dari orang-orang yang tak punya malu melempar sampah dengan se enaknya saja.

Untuk bekerja Car Free Day, pasti mereka juga mendapat insentif lebih, karena harus bekerja di hari libur, namun apa salahnya jika kita selaku pengguna jalan mencoba meringankan pekerjaan mereka, ya setidaknya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Dan pastinya para pekerja kebersihan itupun akan senang dengan bantuan tersebut. Mungkin hal diatas dapat dijadikan pembelajaran yang baik untuk kedisplinan kita ataupun untuk kebersihan kota Bandung tercinta ini.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun