Sumber : Dok. Nurin Azizah
 (Gambar 1. Kantor Desa Gogodeso, 14 Agustus 2021)
Dengan melihat potensi yang ada di Desa Gogodeso, penulis memutuskan untuk mengambil salah satu dari 5 macam tematik yang ditawarkan Universitas Jember untuk KKN Back to Village 3, yakni tematik Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19. Lokasi KKN dari penulis berada di Desa Gogodeso yang terletak pada Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Mayoritas penduduk di Desa Gogodeso bermata pencaharian sebagai petani, karyawan atau buruh, dan wirausaha. Seperti yang kita ketahui, sejak awal tahun 2020 seluruh dunia mengalami pandemi Covid-19, tak terkecuali di Indonesia.
Banyak pemilik usaha mengalami penurunan pendapatan cukup drastis dengan adanya pandemi ini, sehingga mereka terpaksa melakukan pemecatan maupun pemotongan gaji terhadap staffnya. Hal tersebut dilakukan demi meminimalisir pengeluaran untuk menggaji karyawan yang mana tidak sebanding dengan jumlah pemasukan perusahaan. Tak hanya perusahaan besar, namun UMKM pun tak luput mengalami penurunan pendapatan, salah satu contohnya ialah toko kelontong.
Di tengah pandemi, masyarakat tetap membutuhkan keperluan pokok sehari-hari yang dijual pada toko kelontong. Namun demikian, pendapatan toko kelontong turut mengalami penurunan. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat akibat jumlah pengangguran meningkat dan pemotongan gaji pada karyawan. Menurunnya daya beli masyarakat ini merupakan wujud pengeluaran yang tidak sebanding dengan pemasukan pendapatan, sehingga demi menghemat uang untuk bertahan hidup di masa pandemi Covid-19 masyarakat menekan pengeluaran mereka.
Sumber : Dok. Nurin Azizah
(Gambar 2. Sasaran menjaga toko kelontong, 12 Agustus 2021)
Pada kesempatan kali ini, penulis memilih sasaran pemilik toko kelontong di Desa Gogodeso bernama Ibu Narwiyah lebih tepatnya berlokasi di RT 01/RW 09 dan Ibu Sulami di RT 01/RW 08. Ibu Narwiyah menyampaikan toko kelontong miliknya berdiri kurang lebih sejak 2010, yang kemudian diikuti beberapa tetangganya mendirikan toko kelontong serupa termasuk Ibu Sulami. Seperti pada umumnya, toko kelontong milik Ibu Narwiyah dan Ibu Sulami hanya menjajakan dagangannya kepada penduduk sekitar.
Dengan bertambahnya jumlah toko kelontong lain yang menjadi pesaing Ibu Narwiyah dan Ibu Sulami dan menurunnya daya beli warga sekitar karena adanya pandemi Covid-19, berdampak pada penurunan terhadap pendapatan yang diperoleh Ibu Narwiyah dan Ibu Sulami. Suami dari Ibu Narwiyah merupakan salah seorang yang berkurang intensitas pekerjaannya akibat pandemi Covid-19, sedangkan beliau memiliki seorang anak yang sedang menempuh pendidikan. Sehingga pada saat ini, toko kelontong menjadi sumber pendapatan utama di keluarga Ibu Narwiyah. Sedangkan Ibu Sulami ditinggal pergi sejak lama oleh suaminya dan harus menghidupi anaknya sendiri. Dengan melihat kondisi inilah yang membuat penulis tergerak untuk memilih toko kelontong milik Ibu Narwiyah dan Ibu Sulami menjadi sasaran KKN Back to Village 3.