Mohon tunggu...
Nurina wati
Nurina wati Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PGSD SI SEMESTER VII FKIP UNS KEBUMEN NIM X7209070

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Pendidikan

4 Januari 2011   09:59 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 15710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabel 2.2 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Gambar di atas menunjukan suatu kombinasi antara fungsi manajemen dengan bidang garapan yakni sumber Daya manusia (SDM), Sumber Belajar (SB), dan Sumber Fasilitas dan Dana (SFD), sehingga tergambar apa yang sedang dikerjakan dalam konteks manajemen pendidikan dalam upaya untuk mencapai Tujuan Pendidikan secara Produktif (TPP) baik untuk perorangan maupun kelembagaan Lembaga pendidikan seperti organisasi sekolah merupakan kerangka kelembagaan dimana administrasi pendidikan dapat berperan dalam mengelola organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari tingkatan-tingkatan suatu organisasi dalam hal ini sekolah, administrasi pendidikan dapat dilihat dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan institusi (Institutional level), tingkatan manajerial (managerial level), dan tingkatan teknis (technical level) (Murphy dan Louis, 1999). Tingkatan institusi berkaitan dengan hubungan antara lembaga pendidikan (sekolah) dengan lingkungan eksternal, tingkatan manajerial berkaitan dengan kepemimpinan, dan organisasi lembaga (sekolah), dan tingkatan teknis berkaitan dengan proses pembelajaran. Dengan demikian manajemen pendidikan dalam konteks kelembagaan pendidikan mempunyai cakupan yang luas, disamping itu bidang-bidang yang harus ditanganinya juga cukup banyak dan kompleks dari mulai sumberdaya fisik, keuangan, dan manusia yang terlibat dalam kegiatan proses pendidikan di sekolah

Menurut Consortium on Renewing Education (Murphy dan Louis, ed. 1999:515) Sekolah (lembaga pendidikan) mempunyai lima bentuk modal yang perlu dikelola untuk keberhasilan pendidikan yaitu:

1.Integrative capital (modal integrative)

2.Human capital (modal manusia)

4.Financial capital (modal keuangan)

5.Social capital (modal social)

6.Political capital (modal politik)

Modal integratif adalah modal yang berkaitan dengan pengintegrasian empat modal lainnya untuk dapat dimanfaatkan bagi pencapaian program/tujuan pendidikan. Modal manusia adalah sumberdaya manusia yang kemampuan untuk menggunakan pengetahuan bagi kepentingan proses pendidikan/pembelajaran. Modal keuangan adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan dan memperbaiki proses pendidikan. Modal sosial adalah ikatan kepercayaan dan kebiasaan yang menggambarkan sekolah sebagai komunitas. Modal politik adalah dasar otoritas legal yang dimiliki untuk melakukan proses pendidikan/pembelajaran.

Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampak bahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, dalam hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama dari suatu sekolah (Hoy dan Miskel 2001). Dengan demikian nampak bahwa Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam manajemen pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya yang langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukan bagaimana kontribusinya bagi pencapaian tujuan, dan kinerja guru merupakan sesuatu yang harus mendapat perhatian dari fihak manajemen pendidikan di sekolah agar dapat terus berkembang dan meningkat kompetensinya dan dengan peningkatan tersebut kinerja merekapun akan meningkat, sehingga akan memberikan berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan sejalan dengan tuntutan perkembangan global dewasa ini.


  1. Prinsip Manajemen Pendidikan

Prinsip – prinsip Manajemen pendidikan :

a.Prinsip Manajemen Pendidikan yang berorientasi pada tujuan, dengan menetapkan tujuan – tujuan yang harus dicapai peserta didik dalam mempelajari pelajaran.

b.prinsip Manajemen pada efisiensi dan efektifitas dalam pengunaan dana, daya, dan waktu dalam mencapai tujuan pendidikan.

c.Prinsip Manajemen pendidikan pada fleksibilitas program, dalam pelaksanaan, suatu program hendaknya mempertimbangkan faktor – faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang.

d.Prinsip kontinuitas, dengan menyiapkan peserta didikagar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

e.Prinsip pendidikan seumur hidup, yang memandang bahwa pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi harus dilanjutkan dalam keluarga dan masyarakat. Jadi peserta didik perlu memiliki kemampuan belajar sebagai persiapan belajar di masyarakat.

f.Prinsip relevansi, suatu pendidikn akan bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan ( terkait ) dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

Berikut mengenai prinsip MBS. MBO, dan MIS

a.Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS)

Istilah MBS (Manajemen Berdasarkan Sasaran) pertama kali dipopulerkan sebagai suatu pendekatan terhadap perencanaan oleh Peter Drucker (1954). MBO merupakan teknik manajemen yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Dengan MBO dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.

Tujuan organisasi adalah segala sesuatu yang harus dicapai organisasi dalam melaksanakan misinya. Misi organisasi membantu organisasi dalam identifikasi, integrasi, kolaborasi, adaptasi dan pembaruan diri. Pada setiap tingkat organisasi diperlukan komitmen para manajer pada pencapaian sasaran perseorangan dan sasaran organisasi secara efektif. Menurut Reddin (1971) sistem MBO dapat efektif jika mengandung unsur – unsur sebagai berikut:

1)Komitmen pada program

2)Penentuan sasaran pada tingkat puncak

3)Sasaran individu

4)Peran serta aktif semua tingkatan manajer sangat menentukan tercapai tidaknya sasaran.

5)Otonomi dalam pelaksanaan rencana

6)Penilai prestasi

Keunggulan MBO yaitu:

a.Pengelolaan cenderung lebih baik karena keharusan membuat program.

b.Peranan dan fungsi struktur organisasi harus jelas.

c.Individu mengikat diri pada tugas – tugasnya.

d.Pengawasan lebih efektif berkembang.

Kelemahan MBO

1)Tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep – konsep dan pemberian motivasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik MBO secara tepat.

2)Tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi.

3)Tidak mudah menilai prestasi kerja.

4)Perubahan yang diinginkan MBO dalam perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan masalah dalam proses MBO.

b.Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang

Manajemen berdasarkan orang merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku, komponen sistem, dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul sebagai akibat tuntutan lingkungan internal dan eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan perilaku dan kelompok dan wadahnya.

Manajer pada umumnya bekarja pada lingkungan yang selalu berubah. Perubahan lingkungan yang bermacam – macam, menuntut organisasi selalu menyesuaikan diri. Salah satu upaya yang paling penting adalah dengan mengembangkan SDM. Namun, pengembangan SDM harus diimbangi dengan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan organisasi juga sering ditemukan dalam berbagai konflik, baik konflik individu, kelompok maupun antar kelompok.

c.Prinsip Manajemen Berdasarkan Informasi

Perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan. Semua kegiatan tersebut membutuhkan informasi.

Informasi yang dibutuhkan oleh manajer disediakan oleh suatu sistem informasi manajemen (Management Information System/MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil yang dicapai.

Hal – hal yang perlu mendapat perhatian dalam SIM ini adalah :

1)Perlu diidentifikasi jenis informasi yang dibutuhkan.

2)Perlu ditentukan sumber data dan informasi yang dibutuhkan.

3)Perlu ditentukan siapa yang membutuhkan informasi dan kapan.

4)Perlu dikomunikasikan informasi itu secara tepat, terpercaya kepada para pengambil keputusan.

Dalam merancang bangun SIM, yang harus dihindari adalah:

1)Informasi yang lebih banyak itu selalu lebih baik.

2)Manajer memerlukan informasi yang mereka inginkan.

3)Apabila manajer diberi informasi yang mereka perlukan keputusan yang diambilnya akan lebih baik.

4)Sarana komunikasi yang lebih banyak, selalu menghasilkan prestasi yang lebih baik.

5)Manajer tidak perlu mengetahui kerja SIM.

6)Komputer dapat melalkuan segala – galanya.

B.Karakteristik Manajemen Pendidikan

Karakteristik manajemen pendidikan sekolah meliputi:

1.Perencanaan dan pengembangan sekolah;

2.Iklim budaya sekolah;

3.Harapan yang tinggi untuk berprestasi;

4.Pemantauan terhadap kemajuan sekolah;

5.Kepemimpinan kepala sekolah;

6.Pengembangan guru dan staf;

7.Penguatan kapasitas sekolah;

8.Keterlibatan orang tua dan masyarakat;

9.Keterlibatan dan tanggungjawab siswa;

10.Pengahargaan dan intensif; (11) Tata tertib dan kedisiplinan.

C.Manager dan Leadership dalam Manajemen Pendidikan

1.Hakikat Pemimpin

Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunya kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner (1988) semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif. Jenis pemimpin ini bermacam-macam, ada pemimpin formal, yaitu yang terjadi karena pemimpin bersandar pada wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain. Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu, kekuasaan itu bersumber pada imbalan., paksaan, keahlian, acuan, hokum, charisma/ kekuatan pribadi. Berdasarkan itu bawahan atau orang menerima atau tidak menerima atas segala sesuatu yang harus dilakukan.

Berbagai pendekatan dalam memecahkan masalah kepemimpinan telah dilakukan. Pendekatan pertama, yaitu pendekatan sifat yang memfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin. Pendekatan kedua, yaitu pendekatan perilaku dalam hubungannya dengan bawahannya. Pendekatan ketiga, yaitu pendekatan situasional yaitu memfokuskan pada kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan karakteristik situsional. Pandangan situasi mengasumsikan bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin bervariasi menurut situasi, keterampilan dan harapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan.

Menurut Sugeng Prabowo manager adalah seseorang yang bekerja dengan atau melalui orang lain melalui kegiatan mengkoordinasi berbagai aktifitas pekerjaan dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas utama manager adalah mengkoordinasi. Walau tampak sederhana, namun dalam implementasinya kegiiatan mengkoordinasi memerlukan kemampuan yang cukup kompleks. Seorang manager tidak akan dapat mengkoordinasikan suatu proses pekerjaan dengan baik, jika manager tersebut tidak dianut oleh bagian-bagian atau unit-unit yang akan dikoordinasikan, maka pasti proses koordinasi tidak akan terjadi.

Secara teoritis manager harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Jika fungsi-fungsi manajemen tersebut tidak dijalankan maka orang tersebut tidak lagi disebut sebagai seorang manajer. Robbins (2003) merinci fungsi manajemen menjadi 4 bagian yang meliputi: planning, organizing, leading, dan controlling. Perencanaan (planning) merupakan pekerjaan yang meliputi, perumusan tujuan, penetapan strategi, pengembangan rencana-rencana menjadi program yang dapat dikoordinasikan dalam penerapannya. Pengorganisasian (organizing) merupakan kegiatan yang menetapkan apa yang diperlukan untuk dikerjakan, bagaiamana mengerjakannya, dan siapa yang akan mengerjakan. Memimpin (leading) merupakan kegiatan mengarahkan dan memtoivasi seluruh komponen yang ada dalam orgnisasi, dan menyelesaikan berbagai konflik. Sedangkan pengendalian (controlling) merupakan kegiatan untuk memonitor berbagai aktivitas dan menjamin bahwa apa yang dikerjakan sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan/leadership. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.

Sarros dan Butchatsky (1996), “leadership is defined as the purposeful behaviourof influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:

Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau 1bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.

Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut, “kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang di dalam situasi-situasi kerjasma. Kepemimpinan dan kelompok adalah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tak ada kelompok tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya kepemimpinan hanya ada dalam situasi interaksi kelompok. Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin jika ia berada di luar kelompok, ia harus berada di dalam suatu kelompok dimana ia memainkan peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan kepemimpinannya.

Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Nurkolis (2003) menyebutkan beberapa perbedaan antara manajer dan pemimpin, yaitu (1) pemimpin memikirkan organisasinya dalam jangka panjang; (2) pemimpin memikirkan organisasi secara lebih luas baik menyangkut kondisi internal, eksternal, maupun kondisi global; (3) pemimpin mempengaaruhi pengikutnya sampai diluar batas kekuasaannya; (4) pemimpin menekankan pada visi dan nilai-nilai yang tidak tampak, mempengaruhi pengikutnya secara tidak rasional dan elemen-elemen tak sadar lainnya dalam hubungannya antara pemimpin dan pengikut; (5) pemimpin memiliki keterampilan politik untuk mengatasi konflik yang terjadi diantara pengikutnya, dan (6) pemimpin berpikir dalam upaya memperbaiki organisasinya.

2.Teori Kepemimpinan

a.Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan.

Usaha pertama kali dilakukan oleh psikolog dan peneliti untuk memahami kepemimpinan yaitu mengenali karakteristik atau cirri-ciri para pemimpin yang berhasil. Penelitian masa itu ditunjukkan untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin yang mencakup: intelektualitas, hubungan social, kemampuan emosional, keadaan fisik, imajinasi, kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, dan kemauan bekerja keras.

Untuk menyukseskan pelaksanaan tugas para pemimpin belakangan ini telah banyak dilakukan penelitian oleh para ahli dengan harapan dapat ditemukan model kepemimpinan yang baik atau efektif. Namun, kesimpulan dari hasil studi itu, ternyata tidak ada satu model tunggal yang memenuhi harapan. Dalam kaitannya dengan cirri-ciri pemimpin. Gerungan menyatakan bahwa setiap pemimpin, sekurang-kurangnya memiliki tiga cirri, yaitu (1) Penglihatan social, (2) kecakapan berpikir abstrak, dan (3) keseimbangan emosi. Sedangkan menurut J. Slikboer, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat: (1) dalam bidang intelektual, (2) berkaitan dengan watak, dan (3) berhubungan dengan tugasnya sebagai pemimpin. Cirri-ciri lain yang berbeda dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani (1958) bahwa pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal: (1) menggunakan pikiran, (2) rohani, (3) jasmani.

b.Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alas an sifat seseorang relative sukar untuk diidenfikasikan. Beberapa pandangan ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian hasil penelitian telah membuktikan bahwa perilaku kepemimpinan yang cocok dalam satu situasi belum tentu sesuai dengan situasi yang lain. Akan tetapi, memang perilaku kepemimpinan ini keefektifannya bergantung pada banyaknya variable, kesimpulan penelitian membuktikan bahwa perilaku pemimpin tertentu adalah lebih efektif dibandingkan dengan dua aspek perilaku, yaitu fungsi dan gaya kepemimpinan. Robert F. Bales (Stoner, 1986) mengemukakan hasil penelitian bahwa kebanyakan kelompok yang efektif mempunyai bentuk kepemimpinan terbagi (shared leadership), umpamany satu orang menjalankan fungsi tugas, dan anggota lain melaksanakan fungsi social. Pembagian fungsi ini karena seseorang perhatian akan terfokus pada satu peran dan mengorbankan peran lainnya.

c.Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Cukup banyak pendukung pendekatan ini, diantaranya model kontingensi Fiedler, model normative Vroom Teeton, dan teori jalur tujuan (The Pat goal theory).

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pemimpin yaitu:

a.Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin

b.Pengharapan dan perilaku atasan

c.Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan

d.Kebutuhan tugas.

e.Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.

f.Harapan dan perilaku rekan.

4.Perspektif kepemimpinan kependidikan

Pemimpin pendidikan perlu memiliki integrasi ketrampilan teknis, pedagogis, professional dan manajerial, sebagaimana Hughes (1988) uraikan sebagai ’professional-as-administrator’ yang mencakup dualitas peran sebagai pimpinan eksekutif (chief executive) dan memimpin secara profesional (leading professional), dalam aspek internal maupun eksternal (gambar 1). Untuk menjadi pemimpin pendidikan yang efektif harus mampu mengkombinasikan dan menciptakan sinergi kedua aspek tersebut. Selain itu, pemimpin pendidikan harus mampu menggunakan berbagai sumberdaya material dan manusia secara kreatif, melibatkan anggota organisasi sesuai peran masing-masing dalam pengambilan kebijakan (pendekatan partisipatif). Dari beberapa hasil riset, diidentifikasi bahwa kombinasi kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, harapan tinggi (partisipasi) warga sekolah, dan budaya sekolah yang positif merupakan faktor penentu efektivitas sekolah.

|Kepemimpinan Pendidikan |

Chief executive officer Leading professional |

|Peran Internal|Peran Internal |

|||

|Ahli strategi (Strategist): |Penasihat (Mentor): memberi |

|mengartikulasikan arah dan focus|bimbingan profesional kepada |

|strategis organisasi; bertindak |bawahan |

|sebagai katalisator pengembangan|Pendidik (Educator): |

||mempertunjukkan kmp teknis |

|Manajer (Manager): |dan ketrampilan pengajaran |

|mengalokasikan dan mengkoordinir|Penasehat (Advisor): mendukung |

|bidang fungsi organisasi |dan memberi arahan kepada para |

|Wasitr (Arbitrator): bertindak |murid, orangtua, guru, dll |

|sebagai perantara organisatoris | |

|dan wasit | |

|Peran Eksternal |Peran Eksternal |

||

|Petugas eksekutif (Executive|Duta besar (Ambassador): duta |

|officer): bertanggung-jawab|organisasi dalam cakupan luas |

|kepada pemerintah |aktivitas profesional eksternal |

|Diplomat (Diplomat):|Pengacara (Advocate): jurubicara |

|mengartikulasikan misi dan |kelembagaan bbg permasalahan|

|melakukan hubungan dengan |pendidikan dan bidang profesional|

|masyarakat (stakeholders) dan |lainnya |

|badan eksternal | |

Gambar 1.

Kepemimpinan Pendidikan: Dualitas Peran (Law & Glover: 2000)

Pemimpin Pendidikan: “Culture Creator”

Menurut Duignan & Macpherson efektivitas sekolah menekankan pentingnya apa yang terjadi di dalam kelas dan kepemimpinan pendidikan yang menyediakan suatu kultur di dalam proses belajar mengajar, oleh karenanya, pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kultur organisasi yang mempertinggi pengembangan dan pertumbuhan organisasi (Bush & Coleman, 2000). Kualitas yang diidentifikasi oleh Duignan dan Macpherson pada pemimpin pendidikan (educative leader), serupa dengan pemimpin transformational, yang menekankan pada pemimpin yang mendorong dan memberdayakan tanggung jawab bawahan, dengan:

a.Menciptakan peluang untuk peserta (partisipan) dalam proses perubahan untuk merefleksikan praktek mereka dan mengembangkan pemahaman pribadi menyangkut implikasi dan perubahan diri mereka;

b.Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi suatu peningkatan untuk membentuk kelompok sosial dan menyediakan dukungan timbal balik sepanjang proses perubahan;

c.Menyediakan peluang umpan balik positif untuk semua yang terlibat dalam perubahan; dan

d.Sensitip pada hasil pengembangan proses dan menyediakan kondisi-kondisi penting bagiumpan balik dan tindak lanjut sehingga yang terlibat memiliki kesempatan mendiskusikan dan memikirkan kembali gagasan dan praktek mereka.

Fiedler (1997) mencatat implikasi di atas untuk kepemimpinan pengajaran mencakup: 1) Mengelola pengajaran dan kurikulum; 2) Pengawasan pengajaran; 3) Monitoring kemajuan siswa; dan 4) Menyediakan iklim mengajar yang mengajar. Northfield menambahkan bahwa kunci corak pemimpin mendidik (educative leader) adalah pemimpin menyediakan peluang untuk peserta mengembangkan pemahaman pribadi dan mendorong pada kondisi-kondisi untuk merefleksikan dalam praktek (Bush & Coleman, 2000).

5.Peran Utama Pemimpin Pendidikan

Menurut Lunenberg & Orstein (2000) secara garis besar pemimpin pendidikan memiliki tiga peran utama: bidang kepemimpinan, managerial, dan kurikulum-pengajaran. Berikut akan dijelaskan masing -masing peran tersebut.

a.Peran kepemimpinan kepala sekolah

1)Kepala sekolah merupakan kunci dalam membentuk kultur sekolah. Kepala sekolah harus dapat membentuk budaya positif, di mana staf berbagi pengertian, dan memiliki dedikasi untuk peningkatan sekolah dan pengajaran. Sukses siswa disoroti dan kolegialitas menyebar keseluruh bagian sekolah. Moril tinggi, kepedulian, dan memiliki komitmen.

2)Kepala sekolah harus dapat menjalin hubungan dengan kelompok, internal dan eksternal sekolah, seperti (1) pengawas dan pengelola pendidikan pusat, (2) dewan sekolah, (3) teman sejawat, (4) orang tua, (5) masyarakat sekitar, (6) guru, (7) siswa, dan (8) kelompok eksternal seperti profesor, konsultan, badan akreditasi, dan sebagainya. Kepala sekolah yang efektif perlu untuk percaya pada kemampuan diri dan mampu mensinergikan persepsi, harapan, maupun kemampuan berbagai kelompok tersebut dapat memberi dukungan terhadap kemajuan sekolah.

b.Peran manajerial kepala sekolah

1)Peran manajerial merupakan aspek utama kepemimpinan sekolah. Katz dan Kanz membagi ketrampilan manajemen ke dalam tiga area utama: (1) teknis (technical), mencakup teknik proses manajemen (perencanaan, pengaturan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian), (2) manusia (human), ketrampilan hubungan antar manusia, memotivasi dan membangun moral, (3) konseptual (conceptual), menekankan pengetahuan dan teknis terkait jasa (atau produk) tentang organisasi. Sergiovanni menambahkan dua area lain manajemen untuk pengurus sekolah, yaitu kepemimpinan simbolis (symbolic leadership), tindakan kepala sekolah memberi teladan (model) kepada warga sekolah, dan kepemimpinan budaya (cultural leadership), bahwa kepercayaan dan nilai-nilai kepala sekolah merupakan unsur penting. Fullan dan Sarason menambahkan suatu dimensi manajemen sekolah yaitu kepala sekolah sebagai agen perubahan (change agent) dan fasilitator.

2)Secara umum, kepala sekolah harus "memimpin dari pusat" (lead from the centre): demokratis, mendelegasikan tanggung-jawab, memberi kuasa dalam pengambilan keputusan, dan mengembangkan usaha kolaboratif yang mengikat siswa, guru, dan orang tua. Hal tersebut mengandung arti bahwa pemimpin dalam segala hal hendaknya ada di tengah komponen organisasi (partisipatif).

3)Lipham mengembangkan sebuah “teori empat faktor “ (four-factor theory) tentang kepemimpinan untuk kepala sekolah, yaitu (1) kepemimpinan struktural, (2) kepemimpinan fasilitatif, (3) kepemimpinan yang mendukung, dan (4) kepemimpinan partisipatif. Semua faktor kepemimpinan tersebut menekankan ketrampilan managerial dan administratif. Kebehasilan kepala sekolah adalah dapat memodifikasi atau menyesuaikan empat faktor kepemimpinan sesuai kebutuhan sekolah.

c.Peran kurikulum-pengajaran kepala sekolah

Bidang kurikulum-pengajaran hendaknya menjadi prioritas kerja utama kepala sekolah sehingga dapat meningkatan mutu pendidikan di sekolahnya. Murphy mengembangkan enam peran kepala sekolah dibidang kurikulum dan pengajaran, yaitu: (1) menjamin kualitas pengajaran, (2) mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, (3) mengalokasi dan melindungi waktu pengajaran, (4) mengkoordinir kurikulum, (5) memastikan isi matapelajaran tersampaikan, dan (6) monitoring kemajuan siswa. Menurut Murphy, enam peran tersebut menggambarkan suatu contoh kepala sekolah efektif.

D.Aktivitas dan Dinamika Manajemen Pendidikan.

1.Aktivitas Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem seyogyanya mengandung dua dimensi yang konsisten dan saling terkait, yakni dimensi yang berdasarkan konsep-konsep manajemen dan dimensi yang berdasarkan pada konsep-konsep pendidikan. Dengan kata lain, pengembangan suatu sistem manajemen pendidikan hendaknya berupaya memadukan kedua dimensi itu.

Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan disusun secara bertahap, yang meliputi:

a.Pencanaan pendidikan yang menyeluruh yang berskala nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam sistem pendidikan nasional. Perencanaan pada tahap ini menjadi dasar dalam rangka penyusunan perencanaan pendidikan jangka panjang.

b.Perencanaan pendidikan jangka panjang, misalnya untuk jangka selama satu pelita. Perencanaan ini tergolong sebagai perencanaan pendidikan bertingkat strategis.

c.Perencanaan pendidikan tingkat medium yang berjangka sedang dalam jangka waktu yang relatif pendek misalnya untuk jangka satu tahun atau dua tahun pertama dari pelita.

d.Perencanaan pendidikan bertingkat operasional, yang berjangka pendek, misalnya dalam jangka satu tahun/2 tahun semester. Perencanaan pendidikan ini umumnya dilaksanakan pada tingkat wilayah dan kelembagaan pendidikan.

Organisasi Pendidikan

Implikasi konsep sistem organisasi sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian di atas, mengandung implikasi tertentu dalam rangka pengembangan pendidikan. Suatu sistem organisasi pendidikan yang lengkap dan menyeluruh memiliki tiga sub sistem, yakni strategi, operasi dan koordinasi. Komponen-komponen ini terdapat pada tiap jenjang pendidikan, baik pada tingkat program maupun pada tingkat kelembagaan pendidikan.

Pengorganisasian program pendidikan nasional terdiri dari tiga jenjang, yakni tingkat pusat, tingkat propinsi, dan tingkat Kotamadya/Kabupaten. Masing-masing jenjang organisasi program pendidikan tersebut ketiga komponen (strategi, operasi dan koordinasi).

Ketiga jenjang organisasi program harus mengandung komponen strategi yakni berdasarkan dan berinteraksi dengan lingkungan di mana program itu berada, yang meliputi kebudayaan, sistem nilai, kependudukan, ekonomi, dan sebagainya. Perbedaan derajat lingkungan menentukan kadar interaksinya dengan tiap jenjang organisasi program bersangkutan.

Ketiga jenjang organisasi program juga memiliki komponen operasi, yakni kegiatan-kegiatan substantif pada kategori input (misalnya: target populasi, ketegasan, siswa, sumber biaya, peralatan, dan sebagainya), proses (misalnya: kurikulum, sistem instruksional, media, evaluasi), output (yakni para lulusan baik kualitas maupun kuantitas). Kegiatan-kegiatan tersebut sudah tentu berbeda pada tiap jenjang organisasi.

Komponen koordinasi juga terdapat pada tiap jenjang organisasi program, yang memadukan antara komponen strategi dan komponen operasi, dalam jangka panjang dan jangka pendek. Dengan koordinasi ini akan tercipta keseimbangan dan kesamaan tindakan dan arah kegiatan organisasi program dalam upaya mencapai tujuan program pendidikan pada masing-masing jenjang keorganisasiannya. Dengan demikian, kegiatan organisasi jangka pendek senantiasa berada dalam kerangka organisasi program jangka panjang.

Kontrol (Pengawasan) Pendidikan

Fungsi kontrol (pengawasan pendidikan) sangat pending, karena erat kaitannya dengan pelaksanaan dan hasil yang diharapkan oleh sistem pendidikan. Peranan dan kategori kontrol yang telah dikemukakan secara singkat dalam uraian di muka, kiranya mengandung implikasi tertentu terhadap sistem kontrol/pengawasan pendidikan.

a.Fungsi kontrol pendidikan tetap mengacu dalam tiga hal, yakni berfungsi sebagai sensor, komparator, dan activator. Pada fungsi sensor, kontrol pendidikan itu mendayaguakan rencana pendidikan sebagai ukuran yang dimaksudkan untuk mengukur pelaksanaan dan keberhasilan suatu rencana pendidikan.

b.Sistem kontrol pendidikan juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1)Apakah kontrol itu dilakukan secara terbuka atau secara tertutup? Kontrol yang dilakukan secara terbuka berarti dapat melibatkan semua orang di lingkungan organisasi dan konsekuensinya semua informasi perlu ditampung dan diperhatikan. Kontrol secara tertutup keterlibatan hanya dibatasi pada pihak-pihak terkait saja dan umumnya tidak menyelusuri semua dimensi organisasi pendidikan. Kedua cara ini sesungguhnya dapat dilakukan secara berbarengan.

2)Apakah kontrol pendidikan dilakukan oleh manusia atau oleh mesin (alat elektronik misalnya). Sistem manajemen pendidikan yang telah berkembang dewasa ini memungkinkan penggunaan kedua sistem tersebut, yakni dilakukan oleh manusia dan menggunakan alat yang canggih.

3)Apakah kontrol dilaksanakan terhadap efektivitas dan efisiensi organisasi atau terhadap hasil operasionalisasi sistem pendidikan. Kedua bentuk kontrol tersebut seyogyanya dilaksanakan dalam sistem manajemen pendidikan, karena pada dasarnya antara kegiatan organisasi pendidikan dan keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan harian bersifat saling terkait dan oleh karenanya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.

Sistem Informasi Pendidikan

Sistem manajemen pendidikan membutuhkan sistem informasi yang harus dikelola secara baik. Kebutuhan informasi ini terasa setiap saat di mana terjadi proses pendidikan, sebab dalam proses pengelolaan itu senantiasa diperlukan data yang akurat, yang dikumpulkan dan disimpan secara akurat pula. Itu sebabnya perlu diatur sistem manajemen informasi yang khusus relevan dengan tuntutan dan permintaan sistem pendidikan.

Kebutuhan informasi tersebut telah mulai terasa sejak adanya studi kelayakan, selanjutnya pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengujian keberhasilan pendidikan. Jadi pada hakikatnya setiap fungsi manajemen pendidikan dibutuhkan informasi untuk pembuatan keputusan. Dalam hubungan inilah konsep-konsep sistem informasi yang telah dikemukakan secara ringkas dalam uraian di muka memiliki implikasi tertentu terhadap manajemen sistem informasi pendidikan.

Aktivitas Manajemen pendidikan sebagai berikut:

a). Perencanaan

Meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Perencanaan itu dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.

b). Pengorganisasian

Diartikan sebagai kegiatan membagi tugas – tugas kepada orang yang terlibat kerjasama pendidikan tadi. Karena tugas yang demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas – tugas dibagi untuk dikerjakan masing – masing anggota organisasi.

c). Pengkoordinasian

Mengandung makna menjaga agra tugas – tugas yang telah dibagi itu dapat dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati.

d). Pengarahan

Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan.

e). Pembiayaan

Adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.

e). Pemantauan/Penilaian.

Yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan yang telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitoring adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan.

2.Dinamika Manajemen Pendidikan

Berikut adalah tabel yang menunjukkan dimensi – dimensi perubahan pola manajemen, dari yang lama menuju yang baru.

Pola Lama

Menuju

Pola Baru

Subordinasi

Pengambilan keputusan terpusat

Ruang gerak kaku

Pendekatan birokratis

Sentralistik

Diatur

Overregulasi

Mengontrol

Mengarahkan

Menghindari resiko

Gunakan uang semuanya

Individual cerdas

Informasi terpribadi

Pendelegasian

Organisasi Hierarkis

Otonomi

Pengambilan keputusan partisipatif

Ruang gerak luwes

Pendekatan profesional

Desentralistik

Motivasi diri

Deregulasi

Mempengaruhi

Memfasilitasi

Mengelola resiko

Gunakan uang seefisien mungkin

Teamwork yang cerdas

Informasi terbagi

Pemberdayaan

Organisasi dasar

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis tiba pada simpulan bahwa :

1.Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks dan unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri.


  1. Lima faktor yang mendasari manusia berorganisasi yaitu:

a.Faktor spesialisasi dan pembagian kerja.

b.Faktor koordinasi.

c.Faktor tujuan.

d.Faktor prosedur kerja.

e.Faktor dinamika lingkungan.

7.Organisasi adalah sarana dalam pencapaian tujuan, yang merupakan wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerjasama dalam usahanya mencapai tujuan.


  1. Organisasi di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang – orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas – tugas orang itu dalam rangka mencapai tuuan sekolah.

9.Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien.


  1. Manajemen pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks.
  2. Manajemen pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses manajemen meliputi:

a.Perencanaan

b.Pengorganisasian

c.Pengarahan

d.Pemantauan

e.Penilaian

12.Kerangka dasar manajemen meliputi “Philosophy, Asumiious, Principles, and Theory, Whivh are basic to the study of any disclipline of management”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun