Mohon tunggu...
nuril huda
nuril huda Mohon Tunggu... -

ada apanya, apa adanya...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Sedang Mencari Sosok Messiah

1 Agustus 2012   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tentu saja warga Jakarta sadar bahwa mereka tidak mungkin berharap lebih dalam pilkada, misalya memimpikan menemukan pemimpin yang sanggup menyulap berbagai keruwetan Jakarta secara instan semudah membalik telapak tangan. Publik jakarta tidak sedang menunggu kelahiran sosok “satria piningit” dalam psikologi millenarian (messiah), yang akan membereskan Jakarta dalam semalam.

Dalam tradisi kepemimpinan kita, harapan lahirnya tokoh messiah sering kali mengedepan, terutama dalam situasi krisis sosial dan anomis kemasyarakatan yang akut. Situasi abnormal dan krisis berkepanjangan, pada gilirannya mengegrus kepercayaan diri sendiri mereka. Ada perasan letih menghadapi krisis dan kejenuhan menghadapi serba gejolak, sehingga kerapkali publik tidak sanggup berfikir jernih dan tergoda untuk mengambil jalan pintas.

Situasi dalaam pilkada kali ini, dalam derajat tertentu situasi demikian terasa kental nuansanya. Hal ini nampak misalnya dari menguatnya pemikiran akan kerinduan kepemimpinan alternatif, bahwa mereka kini sudah lelah menghadapi kesulitan hidup. Publik seolah rindu akan situasi pemimpin baru yaang serba berbeda dari yang ada. Terasa sekali situasi psikologi sosial masyarakat yang tidak lagi percaya pada program-program pembangunan yang nyata dan terukur, namun tidak instan sehingga kerapkali dibutuhkan kesabaran hasilnya. Pendeknya mereka rindu sesuatu yang instan, kemasan langsung jadi, termasuk perbaikan jakarta dalam seketika, seperti misalnya di tawarkaan Jokowi-Ahok.

Tentu saja situasi psikologi yang demikian berbahaya dan harus diwaspadai karena sesungguhnya tidak nyata alias utopia. Mengharap messiah merupakan halusinasi sosial sejatinya adalah menanaam bom waktu kepemimpinan. Warga dihipnotis dengan klangenan lahirnya seorang tokoh kemampuan superhuman, yang kharismatis, yang sejatinya palsu dan imajiner. Situasi abnormal dan krisis sosial yang dihadapi masyarakat kerapkali telah memunculkan suatu dambaan untuk mencari solusi dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dengan cara yang semudah-mudahnya. Seroang sosok yang sejatinya hanya imaji palsu.

Karena itu, dalam rentang jeda memasuki putaran kedua Pilkada DKI, saatnya di sisa waktu, masyarakat politik Jakarta merumuskan secara aktif model kepemimpinan yang dikehendakinya dan memilihnya secara demokratis. Waktu belum sepenuhnya terlambat untuk memilih figur yang terbukti kinerja dan kapasitasnya, bersih dan berintegritas. Sebagai investasi kepemimpinan lima tahun, figut yang nyata dan terbukti kinerjanya lebih rasionaal, meski misalnya memiliki kesan kepemimpinan yang kaku dan displin, ketimbang menunjukkan keputusasaan dan kepasarahan politik dengan memilih figur yang dianggap messiah namun belum terbukti dan teruji nyata...***


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun