Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru (dulu)

Di rumah saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arisan Keluarga Mak Roes, di Wonosalam Kita Berpisah

23 September 2025   20:23 Diperbarui: 23 September 2025   20:23 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga besar Mak Roes. Sumber dokumen pribadi

Setelah tertunda seminggu, akhirnya Ahad, 21 September 2025 kami (27 orang, dewasa dan anak-anak) berangkat ke Wonosalam, ke rumah ibunya Puput.

Dari Malang berangkat 4 armada (Buk Nasir di Avanza, Buk Mimin di Chevrolet, Mbahona di Avanza, Ayahbudi di Kijang LGX) dan 1 armada dari Kromengan (Epi di Xenia). Semuanya sudah sepakat pukul 06.00 pagi meluncur menuju Wonosalam Jombang via Pujon kecuali Epi yang lewat Kediri.

Rombongan Buk Nasir dan Ayahbudi singgah sebentar di Koperasi SAE Pujon untuk sarapan dan ke kamar kecil. Rombongan yang lain terus melaju ke tempat tujuan.

Rombongan Buk Mimin datang yang pertama, rombongan Ayahbudi berikutnya. Rombongan Mbahona, Buk Nasir dan Epi menyusul kemudian

Arisan keluarga kali ini sekalian mengantar kepindahan Puput dan Andi ke Wonosalam. Setelah resign dari PR Gandum karena sakit, Andi dan Puput akan mengelola toko sembako di sini. Mereka sudah berada di sini sejak dua minggu yang lalu.

Ibunya Puput menyambut kami dengan ramah dan hangat. Andi dan Puput juga tampak gembira menyambut kedatangan kami. Mereka sudah bekerja keras demi menyambut kami. Di teras dan di dalam rumah ada banyak hidangan yang disajikan, mulai dari kolak duren, pisang barlin, salak pondoh, jeruk dau, aneka kue basah dan bangsa keripik.

Pukul 09.50 acara dibuka oleh Ira yang guru Bahasa Indonesia di Al Mahira, dilanjutkan dengan pesan dan nasihat dari Ayahbudi.

Pesan yang disampaikan pada pertemuan hari ini tentang pertemuan dan perpisahan dab bagaimana cara kita mensyukuri apa yang kita alami hari ini. Intinya daun yang jatuh pun adalah dalam pengawasan dari Allah, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta sekecil apa pun adalah atas kehendak dan sepengetahuan Allah. Ungkapan ini merujuk pada Surat Al-An'am ayat 59 yang menyatakan bahwa tidak ada sehelai daun pun yang jatuh melainkan Allah mengetahuinya.

Makna dan hikmah dari ayat itu adalah bahwa ilmu Allah yang meliputi segalanya baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Kekuasaan Allah yang mutlak karena tiada satu pun kejadian di dunia ini yang terjadi tanpa ijin dan kehendak Allah.

Maka sebagai manusia kita meyakini bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan dan bahwa Allah selalu bersama dengan makhluk-Nya. Ayat ini menguatkan iman karena segala dan takdir Allah adalah yang terbaik dan kita harus berserah diri kepada-Nya.

Generasi kedua  keluarga Mak Roes. Doukmen pribadi.
Generasi kedua  keluarga Mak Roes. Doukmen pribadi.

Acara dilanjutkan dengan arisan kecil yang dimenangkan oleh Geurlis dan Hilda. Dilanjutkan dengan makan bersama. Menunya khas menu desa yaitu sayur daun kates, sayur lompong, sambel yang pedesnya hu-hah, soto daging, iwak wader, kare mentok dan mentok goreng. Oh ya ada peyek juga.

Selesai makan, bocil-bocil segera menuju pemandian Batu Pelangi. Berenang.

Pukul 13.30 acara diakhiri dengan foto-foto. Ketika pulang  masih ada oleh-oleh dari tuan rumah, masih juga bungkus-bungkus makanan. Alhamdulillah kami pulang dalam keadaan kenyang parah. Andi dan Puput tinggal di sana. Kami berpisah sementara saja, inshaAllah  masih  ada kesempatan untuk bertemu kembali.

Dalam perjalanan pulang saya mengingat bagaimana sambutan tuan rumah yang mengingatkan saya kepada ajaran budaya Jawa tentang bagaimana menerima tamu. Terminologi gupuh, lungguh, suguh yang akrab dengan budaya masyarakat Jawa. Gupuh artinya sikap hangat menerima tamu. Orang bertamu tentu sudah berkorban waktu dan tenaga. Maka wajar jika tamu dihormati dengan sikap baik. Oleh karena itu apa pun yang kita kerjakan selayaknya ditinggalkana dulu untuk menyambut tamu.

Setelah menampakkan sikap gupuh, kita mengajak tamu untuk duduk di tempat yang telah tersedia. Sikap hangat ini ditambah dengan ungkapan hangat seperti "Saya sungguh dengan dengan kedatangan Anda", "Alhamdulillah, njenengan mau datang ke rumah saya."

Selain sikap gupuh dan lungguh, berikutnya adalah suguh. Tuan rumah menyediakan aneka makanan terbaik yang bisa mereka sajikan. "Monggo, sarapan dulu, masakan desa", "Monggo, tambah makanannya." Dan ketika kami makan, mereka menghilang sementara sehingga kami tidak perlu sungkan bila mau nambah (duh malu-maluin).

Sikap ibunya Puput yang begitu menjadi pelajaran berharga bagi saya yang kadang dingin ketika menerima tamu. Kadang pada tamu tertentu saya enggan membuatkan sekedar minuman. Kadang karena males atau karena tamu datang pada saat yang tidak tepat. Padahal ada adab bertamu dalam Islam yang mengajarkan bahwa setiap tamu dan tuan rumah harus saling menghormati dan memperlakukan satu sama lain dengan baik. Adab bertamu ini tidak hanya mencerminkan akhlak seseorang tetapi juga merupakan bagian dari menjaga hubungan baik antar sesama.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun