Mohon tunggu...
Nuria Alfi Zahrah
Nuria Alfi Zahrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PBSI UIN Jakarta

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kelahirah tahun 2001. kini sedang menjalani perkuliahan semester ganjil. suka menulis dan desain kreatif. dapat mengunjungin akun instagram @nuriazahrah untuk lebih dekat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempelajari Islam Melalui Budaya Jawa yang Terdapat dalam Nakah Suluk Baka

26 Oktober 2022   22:47 Diperbarui: 26 Oktober 2022   22:51 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: google (telisik.id)

Sebelum masuk ke dalam penjelasan materi, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu pengertian naskah dan teks, supaya dapat membedakannya. Menurut Dwi Sulistyorini dalam buku Filologi: Teori dan Penerapannya, menjelaskan bahwa naskah dan teks merupakan objek kajian filologi. Objek kajian filologi berupa naskah maupun teks tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Naskah adalah sebuah bentuk karya tulis yang berisi ide atau gagasan yang berupa bahan, baik berupa kertas, buku, dluwang dan sejenisnya. Naskah disebut juga wadah bagi teks. Sedangkan, teks adalah bagian dari naskah.

Naskah sebagai warisan budaya bangsa dari mari masa lampau memiliki banyak macamnya, di antaranya adalah Naskah Babad, Kitab/Kekawin, naskah Kidung, naskah Suluk, naskah Serat, dan lainnya. Kali ini yang akan dibahas ialah Naskah Suluk, yang mana Naskah Suluk ini juga mempunyai jenis yang banyak, di antaranya yaitu, Suluk Jebeng, Suluk Pawah, Suluk Besi, Suluk Acih, Suluk Waleh, Suluk Sujinah, Suluk Daka, Suluk Jayalengkara, Suluk Baka, Suluk Bayan Maot, dan masih banyak yang lainnya. Saat ini yang ingin dibahas adalah Suluk Baka. Naskah suluk memiliki beragam judul, yang kesemuanya itu merupakan karya para pujangga untuk mengenalkan Islam pada masyarakat Jawa.

Suluk (dalam bahasa Jawa) adalah lagu vokal yang dilantunkan oleh seorang dalang untuk memberikan suasana tertetu dalam adegan-adegan pertunjukan wayang. Wayang adalah seni pertunjukkan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa . Suluk berisi tembang-tembang dalam bahasa Jawa. Suluk dapat berisi petuah, mantra, dan puji-pujian. Syair suluk bersumber dari tembang atau kakawin yang berupa sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat. Suluk adalah keahlian khas seorang dalang dan merupakan ciri khas pentas wayang.

Dalam arti lain suluk atau sulukan berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah ajaran yang berhubungan dengan mistik Jawa. Suluk biasanya berbentuk tembang seperti, Suluk Wujil, Suluk Dewa Ruci, dan Suluk Malang Sumirang. Namun, dalam pentas wayang artinya menyempit menjadi lagu yang dilantunkan oleh dalang sekalipun isi yang esensial dari keduanya mirip. Ringkasnya kedua pengertian di atas, menerangkan bahwa Suluk dalam arti yang sesungguhnya dan suluk dalam pentas wayang ada perbedaannya.

Suluk mempunyai peran penting dalam pementasan atau pagelaran di antaranya adalah untuk membuat suasana yang ingin dibangun sesuai dengan adegan, menjadi sebuah penanda bahwa ada peralihan suasana dalam sebuah adegan, dan juga sebagai penanda pergantian nada laras musik gamelan.

Suluk pun dapat digunakan untuk mempelajari tentang islam, karena dalamnya yang berisi tentang ajaran agama islam yang dikemas ala Jawa dan Suluk Baka ini mengisahkan tentang perjalanan manusia untuk meraih tingkatan spiritual tertinggi (bersatu dengan Tuhan/ ma’rifat) dengan tetap berpegang teguh pada syariat. Yang di dalamnya dapat diambil pelajaran tentang ajaran islam. Dalam naskah Suluk Baka dijabarkan beberapa ajaran agama islam di antaranya tentang tauhid, ilmu tasawuf, akhlak terpuji dan akhlak tercela.

Suluk Baka. Sebelumnya sudah diketahui tentang pengertian suluk, selanjutnya adalah pengertian Baka. Nama Baka menurut L. Mardiwarsito, berasal dari bahasa Arab Baqo’ yang berarti ‘kekal’. Dalam bait ke-2 Suluk Baka yang artinya ‘dari dalangnya itu. Segala tingkah dan ucapan kamu ini, adalah dari Ki Dalang (luhur) yang memiliki sifat kekal’. Maksud dari arti tersebut adalah menjelaskan bahwasannya Tuhan (digambarkan sebagai dalang) berbeda dengan manusia. Tuhan kekal selamanya sedangkan manusia tidak.

Lalu, ajaran islam dalam Suluk Baka yang mengandung ilmu tauhid yaitu terdapat dalam bait ke-5 yang artinya ‘kamu jangan menyembunyikan, terhadap perbedaan keduanya. Dalang sebagai dalang, wayang sebagai wayang’. Maksudnya adalah memberikan ajaran mengenai tauhid murni yakni diungkapkannya bahwa dalang sebagai dalang dan wayang sebagai wayang. Ajaran ini mengandung pengertian bahwa dalang itu pengkiasan dari Tuhan, dan wayang itu merupakan pengkiasan dari manusia. Pengungkapan ajaran tauhid di atas, menggunakan media budaya Jawa, yakni dalang dengan wayang.

Ajaran ilmu tasawuf, artinya adalah sebuah upaya yang dilakukan manusia untuk memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada agama dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah. Salah satu caranya adalah terdapat pada bait ke-35 yang artinya ‘janganlah kamu ragu-ragu, perasaanmu jangan sampai iri, (hal itu) jangan (terjadi jika) masih (ingin) berteman, dan jangan masih serupa (dengan hal itu), jika demikian akan berakibat, menjadi terntar kamu nanti,’ bait tersebut menjelaskan agar manusia menjauhi sifat iri yang merupakan akhlak tercela yang sebenarnya dapat membuat diri kita sendiri terlantar.

Ada banyak ajaran islam lainnya jika kita menelisik lebih dalam lagi tentang naskah Suluk Baka ini. Di harapkan para pembaca akan mendapatkan ilmu serta pengetahuan baru dari tulisan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun