Mohon tunggu...
nurfadhilah rauf
nurfadhilah rauf Mohon Tunggu... Dosen, Konsultan Keluarga, Kesehatan dan Pendidikan

Licensed Promotor STIFIn Family

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mendengar yang Tak Terucap: Kunci Komunikasi Menyentuh Hati

18 Maret 2025   09:32 Diperbarui: 18 Maret 2025   09:32 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan." Kutipan dari Peter Drucker ini mengingatkan kita bahwa komunikasi yang tulus bukan hanya tentang mendengar kata-kata, melainkan memahami isi hati yang tak selalu bisa diungkapkan secara langsung.
Dalam riuhnya dunia yang sibuk ini, banyak suara bersahutan, tetapi hanya sedikit yang benar-benar didengarkan. Sering kali, rasa sedih, kekhawatiran, atau bahkan cinta tersembunyi di balik diamnya seseorang. Jika kita mau berhenti sejenak dan membuka hati, kita bisa menangkap makna terdalam yang ingin disampaikan tanpa harus diucapkan.
Mengapa Mendengar yang Tak Dikatakan Itu Berarti?

1. Menemukan Cerita di Balik Hening
   Tidak semua orang mampu menyuarakan perasaannya. Ada yang memilih diam karena takut dihakimi, ada yang menyimpan luka karena merasa tak ada yang peduli. Ketika kita belajar mendengar di balik kata, kita memberi mereka ruang untuk merasa aman, tanpa paksaan untuk berkata-kata.

2. Membuka Pintu Kepercayaan yang Tulus
   Kepercayaan sejati tumbuh saat seseorang merasa dihargai, bahkan dalam diamnya. Ketika kita bisa memahami perasaan yang tersirat, hubungan pun menjadi lebih dalam. Mereka tahu ada seseorang yang benar-benar peduli, meskipun mereka tak mampu mengungkapkannya secara langsung.

3. Menemani di Saat-Saat Sulit
   Ada kalanya, yang dibutuhkan seseorang bukanlah solusi atau nasihat, melainkan kehadiran yang tulus. Mendengarkan yang tak terucap berarti memberikan hati kita untuk memahami duka, harapan, atau bahkan keraguan yang mungkin tak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata.

Bagaimana Mendengar dengan Hati?

1. Peka pada Bahasa Tubuh dan Isyarat Halus
   Sering kali, bahasa tubuh berbicara lebih jujur daripada kata-kata. Tatapan mata yang sendu, senyum yang dipaksakan, atau desah napas yang berat bisa mengungkapkan lebih banyak daripada seribu kata. Jadilah peka terhadap isyarat-isyarat ini.

2. Hadir Sepenuhnya
   Kehadiran kita yang utuh adalah hadiah paling berharga bagi seseorang. Saat berbicara dengan orang lain, letakkan ponsel, hentikan pikiran yang mengembara, dan fokuslah pada mereka sepenuhnya. Dengan begitu, kita bisa menangkap apa yang benar-benar mereka rasakan.

3. Dengarkan dengan Empati, Bukan Sekadar Telinga
   Empati berarti merasakan dari sudut pandang mereka. Jangan terburu-buru menghakimi atau memberikan solusi. Terkadang, mereka hanya ingin didengarkan dan diterima apa adanya.

4. Sabar di Balik Diam
   Tidak semua orang siap berbicara saat itu juga. Ada perasaan yang butuh waktu untuk keluar. Bersabarlah, dan biarkan mereka tahu bahwa kita ada di sana---tanpa menuntut mereka segera membuka diri.

5. Praktikkan Active Listening
   Active listening adalah keterampilan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menyela atau memikirkan respons saat orang lain berbicara. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar hadir dengan kontak mata, anggukan kecil, atau tanggapan seperti, "Aku memahami perasaanmu." Dengan cara ini, orang lain merasa dihargai dan lebih nyaman berbagi perasaannya.

6. Gunakan Powerful Questioning
   Pertanyaan yang bijak dapat membantu menggali perasaan yang sulit diungkapkan. Alih-alih bertanya secara langsung atau menghakimi, gunakan pertanyaan terbuka seperti, "Bagaimana perasaanmu tentang hal ini?" atau "Apa yang paling kamu butuhkan sekarang?" Pertanyaan semacam ini membuka ruang bagi mereka untuk merenung dan membagikan hal-hal yang mungkin tak terucap sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun