Mohon tunggu...
Nurdizal M Rachman
Nurdizal M Rachman Mohon Tunggu... Konsultan CSR, ESG, GCG dan Pengembangan Masyarakat

Saya adalah konsultan ESG dan CSR memiliki ketertarikan mendalam terhadap teknologi, ekonomi, serta dinamika sosial. Saya menguasai beberapa bahasa daerah, yakni Minang dan Sunda. Memiliki minat terhadap komunikasi lintas budaya dan pemahaman yang lebih dalam terhadap beragam perspektif. https://corebest.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Japan Inc" dan Keajaiban Ekonomi Jepang

31 Mei 2025   09:18 Diperbarui: 31 Mei 2025   09:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Penurunan Pengaruh dan Kritik Terhadap Keiretsu Pengaruh Keiretsu mulai mengalami penurunan sejak terjadinya resesi ekonomi di Jepang pada tahun 1990-an. Banyak bank utama menghadapi masalah keuangan yang menyebabkan terjadinya merger dan kebangkrutan, yang pada akhirnya melemahkan ikatan antar anggota Keiretsu. Kepemilikan saham silang mulai berkurang dan struktur Keiretsu menjadi kurang terintegrasi seperti sebelumnya, meskipun mereka tetap berpengaruh di awal abad ke-21.

Terdapat pula kritik akademis terhadap keberadaan Keiretsu. J. Mark Ramseyer dan Yoshiro Miwa menyatakan bahwa Keiretsu pasca-perang hanyalah konstruksi ideologis yang diciptakan oleh kalangan Marxis untuk menggambarkan dominasi kapitalisme monopoli. Mereka menunjukkan bahwa hubungan saham silang tidak selalu konsisten, hubungan dengan bank utama seringkali lemah, dan klub alumni Zaibatsu tidak memiliki kekuatan signifikan sebagaimana diasumsikan.

Penutup

Konsep "Japan Inc." yang diwujudkan melalui struktur Keiretsu merupakan fenomena unik dalam sejarah ekonomi modern. Kolaborasi erat antara industri, lembaga keuangan, dan pemerintah melalui kebijakan strategis menciptakan fondasi kuat untuk pertumbuhan ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II. Meskipun struktur ini memiliki kelemahan dan mengalami penurunan pengaruh karena globalisasi dan krisis ekonomi, pemahaman terhadap sejarah dan dinamika Keiretsu tetap penting untuk menelaah bagaimana kolaborasi antara negara dan dunia usaha dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan kompetitif.

"Japan Inc." merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan model kerja sama yang erat antara pemerintah Jepang, industri-industri utama, dan lembaga keuangan, yang menjadi ciri khas perekonomian Jepang, terutama pada periode pasca-Perang Dunia II hingga akhir abad ke-20. Model ini seringkali diasosiasikan dengan "Keajaiban Ekonomi Jepang", yaitu periode pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkelanjutan yang berhasil mengubah Jepang dari negara yang hancur akibat perang menjadi salah satu kekuatan ekonomi terkemuka dunia. Inti dari konsep "Japan Inc." adalah sistem Keiretsu, yaitu kelompok-kelompok perusahaan yang saling terkait dalam struktur jaringan bisnis yang kompleks.

Sejarah dan Evolusi dari Zaibatsu ke Keiretsu Akar dari struktur korporasi modern di Jepang dapat ditelusuri ke era Meiji, ketika pemerintah mempromosikan pembentukan konglomerat bisnis milik keluarga yang dikenal sebagai Zaibatsu. Konglomerat ini memainkan peran utama dalam industrialisasi Jepang dan memiliki hubungan erat dengan pemerintah, termasuk mendukung rezim militeristik sebelum dan selama Perang Dunia II.

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, pasukan pendudukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur berupaya membubarkan Zaibatsu karena dianggap sebagai konsentrasi kekuatan ekonomi yang bertentangan dengan prinsip demokrasi dan berafiliasi dengan militerisme. Sebanyak 16 Zaibatsu ditargetkan untuk dibubarkan sepenuhnya, dan 26 lainnya untuk direorganisasi. Namun, proses pembubaran ini tidak sepenuhnya berhasil. Dengan meningkatnya ketegangan dalam Perang Dingin, Amerika Serikat mengubah pendekatannya dan mulai melihat perlunya memperkuat ekonomi Jepang sebagai benteng melawan komunisme di Asia. Akibatnya, perusahaan-perusahaan eks-Zaibatsu diizinkan untuk kembali beroperasi, bahkan menggunakan nama lama mereka.

Perusahaan-perusahaan ini kemudian membentuk struktur yang tidak lagi dikendalikan oleh satu keluarga, melainkan melalui hubungan kepemilikan saham silang dan aliansi bisnis yang kompleks, menciptakan struktur baru yang disebut Keiretsu. Keiretsu, yang secara harfiah berarti sistem atau kelompok perusahaan, menjadi tulang punggung dari konsep "Japan Inc." pada masa pasca-perang.

Struktur "Japan Inc." dan Peran Sentral Keiretsu Keiretsu terdiri dari perusahaan-perusahaan yang secara manajerial independen namun memiliki hubungan ekonomi yang erat dan stabil, diperkuat oleh mekanisme tata kelola seperti klub presiden, kepemilikan saham silang, dan direktur yang saling terkait. Terdapat dua tipe utama Keiretsu.

Keiretsu Horizontal, yang juga dikenal sebagai Kigy shdan, merupakan kelompok konglomerat yang mencakup berbagai industri dan berpusat pada satu bank utama. Anggota kelompok saling memiliki saham dan mendukung pembiayaan dalam grup. Bank utama memainkan peran penting dalam menyediakan layanan keuangan dan stabilitas. Enam kelompok Keiretsu horizontal terbesar pada era pasca-perang dikenal sebagai "Big Six", yaitu Mitsui, Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Sanwa, dan Dai-Ichi Kangyo Bank Group. Kelompok ini biasanya juga mencakup perusahaan dagang umum, perusahaan asuransi, baja, dan kimia.

Keiretsu Vertikal, yang juga dikenal sebagai Seisan keiretsu atau Ryts keiretsu, menghubungkan pemasok, manufaktur, dan distributor dalam satu sektor industri. Struktur ini biasanya berpusat pada satu perusahaan manufaktur besar. Sistem ini menggunakan sistem pemasok berlapis yang mendukung perusahaan inti. Contoh terkenal termasuk kelompok Toyota, Toshiba, dan Nissan. Bank memiliki peran yang lebih kecil dalam Keiretsu vertikal dibandingkan dengan Keiretsu horizontal. Perusahaan yang menempati posisi lebih tinggi dalam struktur vertikal cenderung lebih stabil secara finansial dan terlindung dari volatilitas pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun