Mohon tunggu...
Ria Astuti
Ria Astuti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menikmati Perjalanan :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wisata Rohani Ke Panti Sosial Cipayung Jakarta Timur

16 Oktober 2012   00:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:48 5990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejauh apapun pergi

Kita akan selalu cenderung pulang ke “rumah”

Jika “rumah” adalah ruhani,

Kemanapun berpergian

Akan tetap melihat keagunganNya…

Ketika mulai jenuh dengan rutinitas, deadline pekerjaan dan segala bentuk masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita butuh melakukan perjalanan yang membuat tubuh dan fikiran kembali fresh. Salah satunya adalah dengan melakukan perjalanan wisata, wah sekilas mendengar kata “wisata” ini seakan ada kesan mewah yang ditangkap oleh “indera” kantong sebagian orang, ya termasuk saya, selain itu juga kendala perijinan orang tua yang cukup sulit saya dapatkan. Akibatnya rute wisata Saya tidak jauh-jauh dari Jakarta dan sekitarnya hehee… Hmm…Saya mulai belajar bagaimana menyederhanakan keinginan, berdamai dengan diri Saya sendiri untuk tidak menuntut terlalu banyak akan kemampuan yang terbatas. Misalnya saja dengan melakukan perjalanan wisata ke tempat-tempat yang menumbuhkan “gairah” kedekatan ruhaniah kepada Yang Maha Pencipta.

[caption id="attachment_211578" align="aligncenter" width="300" caption="(Dok. Pribadi) diambil dari arah bawah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia"][/caption]

Kurang lebih lima bulan lalu, Saya bersama sepuluh orang teman kantor berkunjung ke Dinas Sosial Panti Asuhan Tresna Werdha Budi Mulia 1 (panti jompo) di daerah Ceger Cipayung Jakarta Timur, lokasinya cukup adem dan terdapat banyak pepohonan yang menyejukkan hati. Maksud kami sebenarnya mengunjungi Panti Anak Balita, namun karena sedang dilakukan renovasi total pada bangunannya sehingga sementara Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa dipindahkan di bangunan Dinas Sosial Panti Asuhan Tresna Werdha Budi Mulia 1 yang sudah terlebih dahulu direnovasi, kebetulan memang letak panti-panti tersebut berdampingan.

Tujuan kami datang ke sana selain berbagi rejeki, yang paling esensi adalah untuk memberi makan nurani kami, mengingat begitu banyak dan mudahnya ditemukan poin-poin syukur di tempat tersebut. Benar saja, kesan pertama kami ke sana seakan telah membasahi kering hati kami yang sebelumnya penuh keluh kesah, air syukur telah menderasi nurani kami… Saya bersama salah satu teman, meneruskan “wisata ruhani” itu setidaknya dua minggu sekali atau sebulan sekali, sekedar memenuhi sudut-sudut syukur kami yang begitu mudah kosong… Sepertinya memang ada kebocoran di sana-sini :D

13503455281448877104
13503455281448877104

Foto ini Saya ambil dari jendela kamar tempat bayi-bayi ini tertidur pulas. Pengunjung tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan bayi guna mencegah kuman penyakit yang rentan menyerang kesehatan bayi-bayi di sana. Hal ini ditegaskan oleh Ibu Yanti, salah seorang Ibu Panti yang memperkenalkan kami dengan lingkungan panti, menurut Ibu Yanti dahulu ketika pengunjung bebas masuk dan menggendong bayi/balita mudah terserang sakit, sehingga dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan mereka memberlakukan peraturan pengunjung tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam ruangan perawatan bayi dan balita. Bahkan orangtua yang ingin mengadopsipun tetap hanya melihat dari jendela.

Sungguh haru hati Saya mendengar latar belakang bayi-bayi ini. Salah satu dari mereka ditemukan di kebun kosong, ditinggalkan begitu saja oleh keluarganya. Ada juga yang sengaja diantarkan ke panti karena si bayi adalah hasil kejahatan pemerkosaan, ada yang ditinggalkan di Rumah sakit karena orangtuanya mungkin tidak sanggup melunasi administrasi kelahiran bayinya, ada juga yang ditemukan di tempat sampah oleh polisi dan diantarkan ke panti. Betapa banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan buah hati, di sini kita justru menemukan bayi-bayi yang dibuang dan diabaikan. Di sisi lain, betapa beruntungnya kita yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga utuh yang penuh kasih sayang jika dibandingkan dengan kehidupan bayi dan balita di panti ini.

1350347338461830173
1350347338461830173

Beda lagi dengan latar belakang bayi hitam manis ini, ia ditinggalkan orangtuanya di anjungan Maluku Taman Mini Indonesia Indah. Orangtuanya meninggalkan namanya di dalam selimut hangat bayi itu.

1350346463242765324
1350346463242765324

Bayi perempuan manis ini tidak bisa melihat dunia. Dunianya gelap, bagaimana ia memahami kegelapan dalam realitas gelap dunianya…

13503466951687601316
13503466951687601316

Beranjak ke kamar sebelahnya, penghuninya balita laki-laki yang sungguh menggemaskan dan murah tersenyum. Yang paling hobi tersenyum ini menggemaskan sekali, terakhir Saya mengunjungi panti, ia sudah tidak ada, sudah diadopsi keterangan dari salah satu suster panti. Ahhh, Saya rindu sekali dengan senyumnya, sekarang hanya bisa memandangi fotonya saja. Tidak hanya ia yang sudah diadopsi, ada beberapa balita yang sudah diboyong oleh orangtua yang menginginkan keturunan.

1350346837908318577
1350346837908318577

Setiap minggunya, ada saja dermawan yang merayakan ulang tahun putra/putrinya di panti asuhan balita ini. Anak-anak panti sangat bersemangat mengikuti acara-acara semacam ini. Setelah acara selesai, mereka akan berlarian dengan semangat ke kamarnya masing-masing. Anak yang saya foto ini, tiba-tiba memeluk Saya dan memanggil saya ibu… Saya hanya memeluknya saja dengan tersenyum. Kentara sekali kerinduannya akan seorang Ibu, hingga memanggil orang yang tidak dikenalnya dengan sebutan Ibu…

13503470111852432184
13503470111852432184

Tak jauh berbeda ketika ngobrol santai dengan beberapa nenek jompo yang saya temui di masjid setelah shalat ashar berjamaah, sama-sama membuat Saya haru dalam syukur dan juga malu karena mungkin tanpa disadari kurang berbakti atau malah menyia-nyiakan orang tua di usia tua.

Salah satu nenek berkisah, ia asli Sumatera, tinggal di Tangerang bersama anak dan menantunya. Ia melarikan diri dari rumah karena tidak kuat dengan menantunya yang selalu bersikap kasar dan tidak hormat padanya. Nenek itu awalnya kabur dan mendatangi kantor polisi, kemudian polisi membawanya ke Panti Asuhan Tresna Werdha Budi Mulia 1 cipayung ini. Nenek itu sangat periang, ia menutupi segala kerinduannya akan anak-anaknya yang berjumlah delapan orang, ia katakan baru satu orang anaknya yang datang menjenguknya di panti ini. Dengan nada riang ia mengatakan, “ Dulu ditimang-timang masih kecil, sekarang lupa sama Ibu. Lebih senang di sini, Ibu banyak teman, ketawa teruss… hehee… “

Masih banyak kisah-kisah inspiratif lain yang didapatkan dengan mengunjungi Panti Sosial ini. Seperti tubuh yang secara fisik butuh makanan untuk kelangsungan kehidupan yang lebih baik, begitu pula dengan jiwa ruhani, juga membutuhkan makanan-makanan penguat jiwa semacam ini. Hingga melatih pola syukur yang akan membawanya ke dalam makna bahagia. Di manapun kita bisa melakukan wisata ruhani, hanya saja tergantung bagaimana hati memahami "pesan-pesan" yang disampaikanNya di sekitar kita.

Dalam lima bahasa kasih,

Waktu,

Sentuhan,

Melayani,

Pujian,

dan

Hadiah

Mana yang cenderung lebih sering dipersembahkan

Untuk “keluarga” yang menjadi

lingkaran sosial pertama dan terdekat

Seorang anak manusia…?

Atau tak satupun bahasanya yang tersampaikan?

,

Bahagia itu sederhana

Sesederhana bersyukur

Dan mengaplikasikan bahasa kasih sayang

Pada orang-orang yang dicintai…

______________________

Beberapa inspirasi dari panti menjadi cerpen dan puisi :

Diary Utami

Narasi Sederhana Untuk Nurani

Puisi Anak Panti (Rindu Ibu)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun