Mohon tunggu...
Nuralyta Augustine
Nuralyta Augustine Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya menulis dengan separuh kisah nyata

saya adalah seorang mahasiswi biasa yang menulis ketika orang di sekitar saya tidak mendengarkan cerita saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Virtual

30 Oktober 2021   10:30 Diperbarui: 30 Oktober 2021   10:30 3625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dahulu, aku pernah berpikir bahwa cinta itu adalah sesuatu yang indah. Tak peduli seberapa jauh jarak dan seberapa lama waktu yang dipisahkan, cinta akan tetap selalu indah dan menarik di mata orang yang percaya akan cinta. Aku termasuk salah satu orang yang percaya bahwa cinta itu indah, aku pun tak pernah memandang cinta hanya karena paras seseorang atau memandangnya dari sisi materi, karena yang aku tau cinta larut dalam isi hati tulus. Menurutku, cinta bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dengan siapapun itu. Cinta itu adalah hal magis yang bisa mendatangkan berbagai rasa, hanya saja kita tak pernah membayangkan bagian pahit dari cinta, ya.. sama seperti diriku yang tak pernah membayangkan pahitnya rasa yang diberikan dari cinta dan inilah seperempat bagian pahit dari kisahku.

Pada bulan september 2019 lalu, aku berkenalan dengan seorang mahasiswa dari salah satu Universitas swasta ternama di Jabodetabek. Aku berkenalan dengannya lewat sosial media, pada awalnya aku hanya berniat menambah banyak teman di dunia maya, yaa agar gawai ku ini tidak terlalu sepi saja. Ada dering yang menunjukan notifikasi chat dari sosial mediaku, ternyata ada seseorang yang mengajakku berkenalan. "Riyadi", ya namanya Riyadi, seseorang laki-laki berparas manis dengan gaya ketikan yang khas, yang membuatku menjadi terhipnotis dan menjadi luluh. Kau pasti tak akan percaya bila Riyadi semanis dan selucu demikian, akan aku ceritakan tentangnya.

Setelah satu bulan berkenalan dengannya lewat sosial media akhirnya kami berpindah ke aplikasi chat yang lain agar bisa lebih dekat. Semakin hari kami semakin dekat dan perilaku dia kepadaku juga semakin berbeda, kini ia semakin rajin mengabariku serta sering bercerita tentang hal-hal kecil. Memang kami berdua tidak secara intensif berkabar karena ada kalanya aku sibuk atau dia yang sibuk, pada intinya kami berdua hanyalah sebatas orang asing yang dipertemukan dan menjadi akrab di dunia maya, terlepas dari itu kami berdua masih tetap di cap sebagai 'orang asing' bukan?

Bunyi notifikasi terdengar olehku setelah sekian lama akhirnya Riyadi mengabariku kembali, tapi kali ini berbeda, ia mengirimkanku sebuah foto berupa wajahku sebagai gambar layar ponselnya. Aku merasa aneh campur dengan senang, aneh karena kami tidak  memiliki ikatan dan senang karena ada yang memasang wajahku sebagai gambar layar ponselnya. Memang banyak hal-hal kecil yang ia lakukan kepadaku, hal kecil itu sangat berbeda bahkan bila dibandingkan dengan jutaan manusia di muka bumi ini hanya perilakunya lah yang membuatku menjadi merasa spesial. Hatiku selalu berdetak kencang ketika berinteraksi dengannya walau hanya sebatas virtual, apakah aku sudah mulai jatuh hati padanya? Atau aku hanya terbawa suasana karena sudah lama sendiri, entahlah.

Hari demi hari kami semakin dekat, kami selalu memberi kabar satu sama lain hingga menelpon hampir setiap malam. Menelponnya merupakan hal wajib bagiku, bahkan ketika aku sudah tertidur aku selalu terbangun kembali karena ingin mendengarkan suaranya lewat panggilan suara, karena menurutku suaranya adalah penenang bagiku. Tak lama dari itu kami resmi menjadi pasangan setelah beberapa kali melakukan panggilan video. Meski hubungan ini virtual tetapi aku yakin suatu saat kami akan bertemu, hal tersebut juga sering kami bicarakan lewat panggilan suara. Aku sangat menaruh harapan padanya agar bisa bertemu selayaknya pasangan pada umumnya, karena aku yakin bahwa jarak bukanlah suatu penghalang.

"Jangan pernah tinggalin aku ya?", ujar Riyadi lewat pesan singkat yang ia kirim padaku. Kalimat itu tak hanya sekali atau dua kali ia ucapkan dan membuatku semakin percaya bahwa hubungan ini memang serius. Aku letakan harapan dan kepercayaan padanya serta aku tanamkan dalam benakku bahwa Riyadi adalah sosok yang bertanggung jawab, sampai detik inipun aku heran pada diriku sendiri, bagaimana bisa aku sepercaya itu dengan orang yang bahkan belum bertemu di dunia nyata.

Semakin hari ia selalu merangkai kata-kata yang indah, yang membuatku seperti berada di hamparan kebun bunga. Karena itu pula aku ingin berbagi cerita kepada salah satu teman dekatku, aku ingin menceritakan segala hal-hal manis yang telah Riyadi berikan padaku walau hanya sebatas kata karena terbatas akan jarak maka belum ada tindakan lain selain memberi sebuah kalimat manis atau penghibur. Tetapi, reaksi teman dekatku tidak seperti apa yang aku harapkan sepertinya ia tidak merestui hubunganku dengan Riyadi. "Memang kamu yakin dia mengatakan seperti itu? Hubunganmu itu hanya sebatas internet, kamu gak akan tau apa yang aslinya terjadi." Ujar Fortuna.

Fortuna adalah teman dekatku sejak tiga tahun lalu, ia juga dua tahun lebih tua dariku. Aku menganggap perkataannya sebagai sebuah nasehat dari seorang kakak saja. Terlepas dari perkataannya, aku juga memikirkan apa benar selama ini yang Riyadi katakan padaku hanya sebatas dusta agar hubungan kami terlihat seperti hubungan pada umumnya saja? Entahlah, tapi aku tidak ingin menerima mentah-mentah perkataan dari Fortuna. Sejak ia berkata seperti itu, aku menjadi gelisah tak karuan memikirkan Riyadi. Aku ingin mempercepat pertemuanku dengan Riyadi agar semuanya terlihat jelas, toh, jarak rumahku dengannya hanya ditempuh waktu dua jam saja.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk menelponnya, menanyakan kepastian agar bisa bertemu dengannya. "Gimana? Kamu bisa ketemu sama aku minggu ini?" ujarku, "maaf ya, minggu ini ngga bisa, aku banyak tugas kampus lagian apa harus dalam waktu dekat ini kita bertemu? Kita itu sering video call apa kamu masih ngga percaya sama aku?". Mendengar jawaban Riyadi yang seperti itu, aku merasa berada di dua posisi dimana aku harus percaya dengannya karena dia adalah pacarku sementara aku juga berada di posisi dimana aku mulai tidak percaya dengannya karena untuk saat ini firasatku menunjukan kalau ia sedang berbohong kepadaku. "Dan satu lagi, jangan sering-sering chat aku dulu ya aku lagi sibuk dengan urusan kampus." Ujar Riyadi saat mengakhiri percakapan.

Setelah dua minggu berlalu, memang benar kami berdua sudah tidak lagi saling menghubungi. Aku ingin sekali menanyakan kabarnya tetapi aku takut menganggu waktunya, aku terus berpikir tentang hubungan ini yang tak karuan. Aku terus mecari tahu dimana keberadaan dia, semua akun sosial medianya tidak terlihat aktif setelah perbincangan waktu itu. Aku rasanya ingin menyerah saja, aku ingin menyudahi hubungan ini tapi enggan karena rasa sayang. Akhirnya ada bunyi notifikasi pesan darinya, ia hanya memberiku sapaan tanpa ada kata lain "hai", setelah itu? Hilang tanpa kabar kembali. Disitu aku merasa perasaanku sedang diombang-ambing olehnya, diriku seperti boneka yang ia mainkan ketika sedang bosan lalu dibuang ketika ia memiliki kesibukan yang baru.

Aku memberanikan diri untuk menayakan kejelasan tentang arah dari hubungan ini kepadanya,  "mau kamu gimana? Masih mau sama aku atau kita udahan aja?" ia hanya menjawab "duh, bingung" lalu aku menjawabnya kembali "jangan kayak gini dong, ga jelas hubungan kita." Kemudian setelah itu ia tak ada kabar sebulan dan seterusnya, aku menganggap hubungan ini telah resmi kandas. Aku memang sedih tapi apa yang harus aku sedihkan dari hubungan singkat yang hanya sebatas virtual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun