Mohon tunggu...
Akbar Mangindara
Akbar Mangindara Mohon Tunggu... -

Hanya seorang yang mencintai "kebebasan"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kenapa Mesti Kuliah?

9 Januari 2012   05:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2009 merupakan tahun pertamaku menginjakkan kakiku di lingkungan kampus UIN Alauddin Makassar. Akupun mengambil sebuah jurusan Keperawatan yang menurut teman SMA aku “Aneh” jika seorang pria mengambil jurusan itu. Selama perjalanan studiku yang telah aku lalui masih menyimpan satu pertanyaan besar yang selalu aku bagikan kepada setiap orang yang ku temui. Pertanyaannya sangatlah sederhana “Kenapa Mesti Kuliah???” sebagian besar orang tertawa ketika pertanyaan ini kulontarkan kepada mereka. Entah pertanyaan ini konyol ataukah mereka sendiri tak mampu menjelaskan kenapa mesti mereka kuliah. Hehehe, jangan bilang kalau yang baca ini juga tidak tahu kenapa ia kuliah???

Terkadang aku ingin mengatakan bahwa orang kuliah itu hanya mengejar selembaran kertas yang bertuliskan ijazah, yang tentunya digunakan untuk melamar jadi PNS ataupun karyawan di perusahaan. Masih teringat kata seorang senior aku, “jangan mako tolo kuliah, dikasi bodo’-bodo’ jeko, paling jadi pesuruh terusko di rumah sakit” (Tidak usah kuliah, Cuma dibodoh-bodohi, paling jadi pesuruh di rumah sakit). Sejenak aku merenungkan kata-kata senior aku. Betulkah hanya dengan kuliah seseorang itu bisa menjadi sukses? Aku teringat lagi dengan nasihat orang tua di kampung, ia mengatakan “Nak, appilajarak bajik-bajikko nunjari tau” (Nak, belajarlah dengan baik supaya engkau jadi orang). Sempat aku berpikir mengapa kata-kata itu dilontarkan padaku, bukankah sekarang ini aku sudah jadi orang, masa’ ia sih aku ini binatang sehingga aku harus belajar supaya abracadavra jadi manusia.

Lambat laun pertanyaan itupun terjawab ketika aku melihat fenomena menarik disekitarku. Aku melihat ke atas, terlihat banyak orang menyandang title sarjana (S1), Magister (S2), Doktoral (S3), bahkan Profesor sekalipun banyak bertebaran di mana-mana. Mereka semua tersebar hampir di semua sector kehidupan kita, mulai dari jajaran pemerintahan, perusahaan serta banyak kita jumpai di institusi pendidikan seperti kampus. Ada yang mengherankan buatku, sebagian besar dari mereka yang memilki title demikian tidak mencerminkan sikap yang membuktikan bahwa dirinya adalah manusia. Di pemerintahan misalnya, menjadi sasaran empuk buat pejabat untuk mengeruk kekayaan Negara (Korupsi),, membuat berbagai kebijakan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak berpihak kepada rakyat kecil, membungkam perlawanan yang menuntut hak-haknya sebagai warga Negara, yang tak jarang kita temukan di lapangan peluru/amunisi yang seharusnya digunakan untuk melindungi rakyat dari kejahatan, malah digunakan untuk menembaki rakyat yang menitikkan air mata dan keringatya pada saat menuntut haknya pada penguasa negeri ini. Di institusi pendidikan maraknya komersialisasi pendidikan/ tingginya biaya untuk mengakses pendidikan merupakan kendala besar bagi generasi pelanjut perjuangan bangsa yang masuk dalam kategori ekonomi menengah ke bawah/miskin, di sisi lain minimnya fasilitas pendidikan dan tenaga edukasi yang dominan kurang berkualitas/ tidak memiliki kualifikasi kompetensi yang jelas. Kekritisan mahasiswa terkadang dimaknai sebagai sebuah pembangkangan yang berujung pada intimidasi akademik, sehingga mahasiswa lebih cenderung memilih untuk diam membungkam kreatifitasnya, baik dalam berfikir maupun bertindak, padahal kalau kita menganalisis lebih mendalam persoalan ini akan semakin merusak mentalitas peserta didik yang lebih mengedepankan rasa takutnya (kata salah seorang Dosen “Konsep Cemas Melanda”) ketimbang rasionalitasnya atas kebenaran ataupun kesalahan yang ada di depa mereka, bukan berarti ketika kita berani mengutarakan bahwa ini salah dan itu benar, kita mengabaikan aspek etika. Terkecuali bagi mereka yang menutup mata akan kesalahan yang mereka perbuat. Permasalahan yang lain misalnya, pendidikan dan akses kesehatan yang berkualitas bagi sebagian besar kalangan memang mesti mahal, sehingga statement “Orang Miskin Di Larang Sekolah” dan “orang Miskin dilarang Sakit”, semakin terbukti kebenarannya. Aku melihat ke tengah, terlihat jutaan pelajar siswa/mahasiswa yang masa depannya masih tanda Tanya besar, oleh karena sempitnya lapangan pekerjaan, tingginya angka pengangguran, rendahnya mutu pendidikan yang diperoleh, serta sikap nepotisme/kekeluargaan yang lebih dikedepankan dalam penerimaan pegawai/karyawan atau dosen sekalipun.

Sekarang kembali ke pertanyaan awal “Kenapa mesti Kuliah???” kalau kuliah tidak menjamin kita sukses, hanya menghambur-hamburkan biaya orang tua kita, selama 4 bahkan sampai 7 tahun, sementara yang kita dapatkan di bangku kuliah maksimal 15 % ilmu pengetahuan, dan kenapa mesti kuliah kalau kuliah kemudian hanya mengajarkan kita menjadi orang-orang yang berwatak individualism/ tidak memiliki kepekaan social, sehingga pada akhirnya hanya akan menjadi penindas-penindas baru di kalangan masyarakat. Sementara disisi lain banyak orang yang tidak kuliah akan tetapi sukses dan terkadang pula pemikirannya lebih bijak ketimbang sarjana atau diatasnya sekalipun. Misalnya Bill Gates yang dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia dengan penghasilan setara dengan APBN 40 negara berkembang di dunia pertahunnya. BOS perusahaan piranti lunak computer ini ternyata bukan seorang sarjana. Dia (Baca: Bill Gates) seorang mahasiswa yang di DO (Drop Out) dari Oxford University di Inggris karena dianggap tidak serius dalam kuliahnya dan prestasinya hancur-hancuran. Bahkan orang terkaya ke 2 sampai 12 di dunia juga tidak memiliki gelar pendidikan. Tapi saranku jangan terlalu nekat kalau sulit bagimu untuk dapat seperti gates yang nekat tapi Hebat. Sederetan orang yang sukses tadi, merupakan pelajaran bagi kita semua bahwa kuliah bukanlah jaminan kesuksesanmu di masa akan datang, yang perlu teman-teman pahami bahwa tujuan utama kuliah adalah memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, tentunya kuliah bukanlah satu-satunya tempat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan.

Sekarang kuliah ada di depan mata, maka semuanya tergantung pada pilihan teman-teman “if you will choice you must choice” (jika dihadapkan pada pilihan-pilihan, kamu harus memilih) tapi saranku kamu jangan “asal kuliah” kalau pengen sukses dan hebat. Kita mesti menjalani kuliah sebagai kehidupan yang harus dijalani serta dipertanggungjawabkan, dekatkan diri pada aktivitas social yang akan mengajari kita bagaimana memahami orang lemah, dan berorganisasi yang mengajarkan hidup dan bekerja secara kolektif/bersama. Beda lagi kalau menjalani kuliah hanya sebatas rutinitas, jalani asal-asalan, tidak memiliki kepedulian dan berprinsip “Yang Penting Selesai” hasilnya juga tidak jauh dari itu, kalau ujian juga nyontek sebab prinsip kita adalah menyelesaikan soal ujian itu (penulis pun masih demikian), bukan menguji kemampuan kita. Kita menginginkan nilai baik, tanpa menginginkan “isi” mungkin itulah kita yang lebih mementingkan “kulit” ketimbang “isi”. Sehingga tak heran kalau banyak orang yang memiliki title tinggi akan tetapi kurang berisi, ada yang berisi tapi tindakannya tidak manusiawi, atau kalau kata Orang Tua di kampung “mereka belum jadi manusia”. hehehe Kembali lagi, sekarang kuliah ada di depan mata, maka jangan menyia-nyiakan kesempatan itu, dan pengorbanan orang tua kita di kampung yang rela meneteskan keringat darah tuk menyekolahkan kita. Jutaan orang seumuran kita menginginkan kuliah, tapi negeri ini hanya berpihak pada yang bermodal. Kita generasi harapan bangsa, yang akan mengabdikan ilmu untuk rakyat tanpa diskriminasi kelas ekonomi, antara yang kaya ataupun miskin.

Akhir kata mengutip SMS teman, “Do you Know??? Huruf “O” berarti Opportunity=kesempatan. Pada kata yesterday tidak ditemui huruf “O” artinya tidak ada kesempatan lagi yang kemarin. Pada kata Today ada 1 huruf “O” artinya masih ada 1 kesempatan pada hari ini. Pada kata Tomorrow ada 3 huruf “O” artinya besok masih banyak kesempatan.” Jadi walaupun kegagalan atau kesalahan selalu datang jangan pernah takut karena selalu ada kesempatan untuk menjadi yang terbaik. Yakin Usaha Sampai.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun