Titik balik kebangkitan batik di Randupitu terjadi saat Bu Hartini menghadiri sebuah acara di Hotel Prigen yang diselenggarakan oleh Bapak Samsul Hidayat DPRD Kabupaten Pasuruan. Saat itu, hampir semua desa di wilayah Gempol telah memiliki kelompok batik, kecuali Randupitu.
Pada malam tersebut, Bu Har bersama ibu-ibu PKK mulai merancang motif khas yang akan menjadi identitas Randupitu — motif daun randu. Program ini kemudian dilanjutkan dengan pelatihan membuat syal batik untuk ibu-ibu PKK.
Momentum penting lainnya datang ketika Bapak Mochammad Fuad, Kepala Desa Randupitu, melakukan kunjungan ke Tiongkok. Beliau meminta Bu Har membuatkan baju batik dan syal sebagai cinderamata khas Randupitu. Motif yang digunakan tetap mempertahankan ciri lokal: daun randu, sesek, padi (simbol pertanian), dan bentuk kotak-kotak melingkar sebagai representasi desa industri. Dari sinilah lahir nama "Sekar Randu" sebagai identitas kuat batik khas Desa Randupitu.
Keunikan Proses Pembuatan
Proses pembuatan batik dalam usaha Randu Batik menggunakan dua jenis pewarna, yakni pewarna alam dan pewarna sintetis (Remasol). Untuk pewarna alam, proses dilakukan dengan metode gradasi warna yang membutuhkan pencelupan sebanyak 6-10 kali, dengan tahapan yang cukup kompleks mulai dari pencelupan, pembalikan kain, pendiaman, hingga penjemuran.
Proses yang teliti dan memakan waktu ini menghasilkan kain batik Randupitu berkualitas tinggi yang dijual dengan kisaran harga Rp300.000 per lembar. Ketelitian dalam proses produksi menjadikan batik ini memiliki nilai estetika dan filosofis yang tinggi.
Menuju Masa Depan
Saat ini, fokus pengrajin batik Randupitu adalah berbagi ilmu dengan mengajarkan teknik membatik kepada ibu-ibu dan anak-anak desa. Para ibu diajarkan teknik membatik sementara anak-anak belajar mewarnai. Ke depannya, diharapkan akan ada pelatihan yang tidak hanya melibatkan ibu-ibu, tetapi juga anak-anak muda untuk menjamin keberlanjutan tradisi.
Adapun promosi Batik Sekar Randu saat ini masih dilakukan dari mulut ke mulut, dengan dukungan promosi yang kuat dari Bapak Mochammad Fuad, terutama kepada para pejabat. Batik motif Sekar Randu sudah dikenal karena pernah diberikan dalam berbagai acara penting seperti pelantikan bupati, pergantian PJ bupati, dan kepada anggota dewan.
Untuk pengembangan ke depan, direncanakan penggunaan cap batik untuk menekan biaya produksi dan mempercepat proses pengerjaan. Selain itu, Kepala Desa telah menyediakan tempat di pasar desa (1–2 stand) yang siap digunakan untuk memasarkan produk batik Randupitu.