Selain itu sebagai kepala sekolah yang mengabdikan diri di daerah selatan membuat saya menemukan hal-hal yang unik. Oh iya, aku juga pandai merajut lho....ini akibat dari aku gaul dengan ibu-ibu PKK di kecamatan ini, kan ga ada lagi pekerjaan sore harinya selain bertandang ke masyarakat, ikut pengajian di majelis taklim, walaupun ngajinya itu bandung kuping judulnya, tapi aku ikut saja untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Karena aku sebagai warga masyarakat baru wajib membaur dengan warga sekitar. Kadang aku disuruh tutor untuk kejar paket ataupun yang lainnya, disuruh memberikan tausyiah di majelis taklim, disuruh mengajarkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) di rumah tangga, sehingga secara emosional aku dekat dengan para orang tua siswa dan ini akan sangat memudahkan untuk menyampaikan segala macam program sekolah. Alhamdulillah, banyak jalan menuju Roma... Sementara itu, kami juga diajarkan untuk berbaur dengan alam.Â
Kerja bakti, atau kadang juga aku disuruh oleh pak Camat ikut bermain bola voli dengan ibu-ibu warga masyarakat. Masyarakatnya pun sangat ramah dan mempunyai rasa sosial yang tinggi. Oh iya, sebelum aku diangkat menjadi kepala sekolah disini, aku tidak pernah hidup di pedesaan...maklum orang tuaku membesarkan aku selalu dekat dengan jalan raya, jadi sedikit banyak menyenangkan juga hidup disini... dan yang aku pelajari bertugas di daerah selatan ini, beda ikatan kekeluargaan dan persaudaraan antar guru, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. sangatlah terasa dan akrab, makan ga makan kita kumpul, bibir ini setiap hari harus selalu ditarik satu centimeter ke kiri dan satu centimeter ke kanan. Menjadi guru di daerah terpencil terasa masih lebih dihormati oleh orangtua siswa maupun siswa.
Yang susah dan merepotkan itu adalah ketersediaan kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan papan. Maklum...letak posisi sekolah kami berada di pegunungan tandus, sehingga untuk mendapatkan air bersih agak sulit, kami dapat air dari sedotan air dari sawah, sehingga airnya keruh dan berbau tanah. Tantangan untuk kami disini yang cukup tinggi adalah masih sangat tinggi kasus drop out siswa karena anak disini lebih mementingkan kerja membantu orangtuanya. Kalau sudah kerja pasti sudah lupa dengan sekolah. Kami sebagai guru disini...berusaha mengadakan kunjungan ke rumah-rumah dengan bentuk home visit untuk mengatasi masalah seperti ini. Dan ini juga merupakan salah satu pointer aku untuk penilaian PKG dan PKKS, tapi jangan salah juga lho, kami melakukan ini bukan karena masalah itu, tapi semua ini adalah panggilan hati....
Dua tahun adalah waktu yang singkat untuk melakukan perubahan pola pikir masyarakat dan warga sekolah. Kami sebagai guru di daerah terpencil belum berkontribusi apa-apa untuk sekolah ini. Namun setidaknya aku khususnya dan rekan-rekan guru umumnya berusaha untuk memperbaiki itu.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kalimat dengan enam kata ini mungkin pendek, tepi implementasinya sangatlah luas. Untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan di daerah menjadi maju tak semudah yang kita bayangkan.... dalam keadaan seperti ini, lebih baik menjadi lilin yang dapat memberikan cahaya daripada selalu menyalahkan kegelapan, lebih baik sedikit melakukan daripada selalu mengeluhkan keadaan.
Peran kepala sekolah sebagai pendidik, ini dapat memberikan pengaruh yang cukup besar kepada para siswa terutama dalam konteks belajar mengajar antara guru dengan siswa. Kami diberi tugas memberikan motivasi dan meningkatkan profesionalisme guru sehingga proses belajar mengaajar di kelas dapat tercapai. Disini di sekolah ini, yang penting adalah bagaimana guru bisa masuk di kelas, kemudian bagaimana guru dapat membimbing para siswa untuk dapat belajar. Kami tidak bisa muluk-muluk untuk masalah proses pembelajaran ini, yang terpenting adalah standar pelayanan minimal terpenuhi.
Aku, dia dan mereka pasti ingin semua mimpi menjadi nyata dan bisa kita lakukan semua, walau tak mudah tapi kita bisa. Pasti ada jalan untuk para pemimpi menuju ujung cita. Bagiku mimpi harus kita kejar walau berat dan berulang terjatuh, masalah hasil biarkan tangan Alloh yang bekerja. Bahagia memang sederhana, tergantung dari mana kita melihat dan bagaimana cara kita menikmatinya.
Takdir itu di Ujung Ikhtiar. Ada Harap yang Mencipta Usaha. Ada Doa yang Memohon Akhir. Semoga setiap tetes keringat, lelah dan peluh diberikan kemudahan dan hasil yang terbaik...Semangaaattt Lillah (^_^)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI