Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kontribusi Alumni dalam Konservasi Negeri

11 November 2015   16:47 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penanaman pohon oleh mahasiswa UNNES beserta dengan warga sekitar (dok.UNNES)

Jika mendengar kata konservasi, kita akan terbayang dengan segala macam bentuk pelestarian dan pemeliharaan. Entah, itu pelestarian alam, budaya maupun berbagai bentuk pelestarian lainnya.

Saat ini konservasi menjadi hal yang melekat pada segala macam label yang ada di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Mulai dari konservasi transportasi, konservasi hewan langka hingga konservasi budaya yang ada. Memang pengukuhan gelar konservasi yang dinobatkan pada Unnes hingga detik ini membawa banyak perubahan.

Konservasi dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan. Konservasi yang dikembangkan oleh Unnes meliputi tiga bidang, yaitu konservasi alam, konservasi moral, dan konservasi budaya. Unnes seniri dikukuhkan sebagai Universitas Konservasi secara resmi pada tahun 2010.

Semenjak tiga tahun terakhir, setelah pengukuhan gelar konservasi banyak program yang disusun untuk mendukung konservasi di Unnes. Bahkan, pihak birokrat tidak segan-segan membuat lembaga khusus di bidang konservasi yang dikenal dengan Badan Pengembang Konservasi.

Program yang cukup besar dan terasa manfaatnya adalah program di bidang konservasi alam, yaitu program One Man One Tree yang mewajibkan semua mahasiswa untuk menanamkan satu pohon sebagai syarat kelulusan dan program jalan kaki atau bersepeda di kampus.

Program-program ini merupakan program besar yang awalnya banyak ditentang dan diragukan pelaksanaannya oleh para civitas akademika Unnes. Akan tetapi, setelah program tersebut dilaksanakan ternyata bisa berjalan lancar pada akhirnya dan banyak manfaat yang dapat diperoleh, baik manfaat bagi Unnes pada khususnya maupun bagi masyarakat pada umumnya.

Untuk program konservasi di bidang budaya, Unnes banyak menggandeng pemerhati budaya dan masyarakat sekitar untuk melestarikan budaya yang ada di masyarakat. Entah itu dalam bentuk konservasi kesenian, bahasa, unggah-ungguh dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan resmi di Unnes pun tak jarang diiringi dengan kesenian-kesenian tradisional yang mulai ditinggalkan masyarakat.

Untuk program konservasi di bidang moral, Unnes sering mengadakan pelatihan-pelatihan softskill terkait moral, adanya organisasi kemahasiswaan di bidang agama yang bergerak di bidang moral, dan lain sebagainya. Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) sebagai salah satu unit kegiatan mahasiswa bahkan mendeklarasikan sebuah piagam yang mereka sebut sebagai piagam Konservasi Moral.

Isi dari piagam tersebut kurang lebih adalah bahwa sholat awal waktu menjadi budaya religius civitas akademika Unnes, santun berbusana dan sehat pergaulan menjadi etika civitas akademika Unnes, dan peduli lingkungan menjadi komitmen civitas akademika Unnes.

Program lainnya adalah penangkaran kupu-kupu dan berbagai macam tanaman. Program-program tersebut memberikan banyak manfaat di berbagai aspek, mulai dari aspek perawatan lingkungan, pelestarian hewan dan tanaman langka, pengurangan polusi dan berbagai manfaat lainnya.

Jika boleh memberikan pernyataan, saat ini Unnes telah berhasil dalam konservasi di lingkungan Unnes. Dan hasilnya, juga sedikit telah memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Dalam bidang konservasi moral dan budaya pun mulai terlihat hasilnya, meskipun masih jauh dibandingkan keberhasilan di bidang konservasi alam.

Kader Konservasi

Melihat kenyataan tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa program konservasi di Unnes merupakan program positif yang memberikan banyak manfaat. Maka, konservasi ini perlu dikembangkan pada wilayah yang lebih luas. Pertanyaannya sekarang, siapa yang akan menyebarluaskan konservasi tersebut?

Penyebarluasan konsep konservasi sebenarnya merupakan masalah yang gampang-gampang susah. Gampang, karena Unnes setiap tahunnya meluluskan ribuan mahasiswa dan susah karena tidak setiap lulusan (alumni) Unnes memahami konsep dari konservasi itu sendiri. Maka diperlukan program pengkaderan yang pelaksanaannya intensif untuk membentuk kader konservasi yang siap terjun di masyarakat.

Pembentukan kader konservasi dapat dilaksanakan dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemahaman dan penerapan konservasi secara nyata di lingkungan kampus

Untuk mengembangkan konservasi di lingkungan sekitar setelah para mahasiswa terjun langsung di masyarakat sebagai alumni Unnes, maka diperlukan pemahaman tentang konservasi yang mendalam. Pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara penyelipan nilai-nilai konservasi dalam setiap mata kuliah yang ada, baik itu konservasi alam, budaya, maupun moral.

Misalnya saja, seorang dosen tidak hanya menilai seorang mahasiswa dari hasil akhir yang ia dapatkan, tetapi bagaimana proses mahasiswa tersebut memperoleh nilai tersebut. Apakah ia mencontek atau jujur, apakah ia rajin mengikuti perkuliahan atau jarang berangkat kuliah dan sebagainya. Hal tersebut bisa sebagai pelatihan konservasi moral bagi mahasiswa. Karena, moral yang baik tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi perlu pembiasaan.

2. Pembekalan calon alumni

Hal yang diperlukan lainnya, setelah mahasiswa Unnes memahami dan menjalankan nilai-nilai konservasi pada dirinya adalah pembekalan terhadap calon alumni dalam menerapkan nilai-nilai konservasi pada lingkungan yang nantinya akan mereka tempati.

Karena para alumnilah tangan panjang dari Unnes untuk mengembangkan konservasi di wilayah yang lebih luas. Maka, para calon alumni perlu diberikan pembekalan tentang perannya ke depan sebagai kader konservasi. Bahwa di pundak merekalah tanggung jawab akan pelestarian lingkungan yang sudah semakin rusak, bahwa tanggung jawab mereka pulalah untuk memperbaiki moral bangsa, dan bahwa menjadi tanggung jawab mereka pula untuk melestarikan budaya negeri yang mulai digerogoti negara lain.

3. Paguyuban kader konservasi

Setelah alumni Unnes terjun pada dunia nyata untuk menerapkan konservasi di lingkungan yang mereka tempati, mereka masih memerlukan pihak lain yang mempunyai visi yang sama terkait pelaksanaan konservasi untuk mendiskusikan masalah yang mereka hadapi. Maka, diperlukan sebuah perkumpulan/paguyuban dari para alumni Unnes untuk membahas penerapan konservasi di lingkungan masing-masing, permasalahan yang dihadapi, langkah yang harus diambil dan sebagainya.

Paguyuban ini dapat dibentuk baru secara independent ataupun berdiri di bawah Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unnes. Dengan adanya paguyuban ini harapannya para alumni tidak merasa sendiri dalam mengemban tugasnya sebagai kader konservasi.  

Harapannya, para almuni Unnes nantinya tidak hanya menjadi alumni biasa saja, yang tidak mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan alumni dari universitas lainnya. Tetapi alumni Unnes adalah para kader konservasi yang siap mengembangkan konservasi di seluruh pelosok negeri, agar alam negeri ini dapat lestari, agar para pejabat dan rakyatnya semakin berbudi pekerti, dan agar budaya kita dapat tak lagi dicuri.

Konservasi di lingkungan kampus telah mulai terwujud dengan baik, kini saatnya menuju konservasi yang lebih luas. Konservasi untuk negeri ini. Meski berat, tetapi tidak ada hal yan tidak mungkin terjadi. Karena, selalu ada harapan pada setiap impian.

Dengan konservasi di segenap penjuru negeri, maka kita dapat menjadi bangsa yang maju, beradab, dan bermoral di masa depan. Dengan konservasi yang diterapkan dengan setulus hati, mungkin menjadi hal yang tidak mungkin bahwa negara kita akan menjadi negara yang disegani. Karena kita mempunyai alam yang lestari, yang dapat mengurangi masalah pemanasan global dan masalah polusi lainnya.

Karena, kita mempunyai bangsa bermoral yang saling menghormati. Dan, karena kita mempunyai budaya yang indah dan mempesona yang tidak semua negara memilikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun