Oleh Dr. Syamsul Yakin, M.A. (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Nur Hasanah (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Tujuan utama dari tahapan dakwah ini adalah untuk membimbing seorang Muslim agar tidak hanya menjalankan ajaran Islam secara formalitas, tetapi juga menghayati dan menginternalisasikannya sehingga mencapai derajat seorang Mukmin. Perbedaan mendasar antara Muslim dalam pengertian umum dan Mukmin terletak pada kedalaman iman, kualitas penghayatan ibadah, dan manifestasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah di fase ini berupaya untuk menggerakkan seorang Muslim dari kepatuhan ritual menuju keyakinan yang kokoh, keikhlasan dalam beramal, dan akhlak yang mulia.
Sebagaimana telah disinggung, seorang Muslim secara bahasa berarti orang yang berserah diri kepada Allah. Namun, tingkatan keimanan bisa beragam. Dakwah hadir untuk memupuk dan mengembangkan keimanan ini sehingga mencapai level Mukmin, yaitu orang yang benar-benar beriman dengan segala konsekuensinya. Proses ini melibatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang rukun iman (percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, dan qada serta qadar) dan rukun Islam (syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji), tidak hanya sebagai dogma tetapi sebagai landasan hidup yang diyakini sepenuh hati dan diamalkan dengan kesadaran.
Dakwah yang transformatif ini memiliki beberapa fokus utama diantaranya:
Penguatan Akidah: Memperdalam pemahaman tentang keesaan Allah (tauhid) dan menjauhkan diri dari segala bentuk syirik. Ini melibatkan mempelajari nama-nama dan sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) serta merenungkan kebesaran ciptaan-Nya.
Peningkatan Kualitas Ibadah: Mengajak untuk melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan penuh penghayatan. Salat tidak hanya dilihat sebagai gerakan fisik dan bacaan, tetapi sebagai sarana komunikasi spiritual dengan Allah. Zakat dipahami sebagai bentuk kepedulian sosial dan pembersihan harta. Puasa dilatih sebagai pengendalian diri dan empati terhadap sesama. Haji dimaknai sebagai perjalanan spiritual yang mendalam.
Pembentukan Akhlak Mulia: Mendorong terciptanya perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungan dengan Allah (hablum minallah) maupun dengan sesama manusia dan lingkungan (hablum minannas). Ini mencakup kejujuran, amanah, kasih sayang, keadilan, kesabaran, dan toleransi.
Pengembangan Ilmu: Mendorong umat Islam untuk terus mencari ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi yang bermanfaat. Ilmu menjadi landasan untuk memahami ajaran Islam dengan benar dan mengamalkannya secara tepat.
Peneladanan Rasulullah SAW: Mengingatkan akan pentingnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan utama dalam segala aspek kehidupan. Mempelajari sirah nabawiyah (sejarah kehidupan Nabi) dan meneladani akhlak beliau menjadi bagian penting dari proses menjadi Mukmin.
Transformasi dari Muslim menjadi Mukmin bukanlah proses yang instan, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang berkelanjutan. Dibutuhkan kesadaran diri, kemauan yang kuat, bimbingan yang tepat, dan lingkungan yang mendukung. Dakwah dalam konteks ini berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mencapai tujuan tersebut.
Implikasi dari tercapainya derajat Mukmin dalam kehidupan seorang Muslim sangat signifikan. Seorang Mukmin akan memiliki ketenangan hati (thuma'ninah), kebahagiaan spiritual, dan keteguhan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Ia akan menjadi pribadi yang lebih produktif, berkontribusi positif kepada masyarakat, dan senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, seorang Mukmin juga akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap agama dan sesama, serta bersemangat dalam melakukan amar ma'ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) dengan cara yang bijaksana.