Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Balik Tantrum: Tangisan Mereka Bukan Sekadar Marah

17 Juli 2025   18:50 Diperbarui: 17 Juli 2025   18:50 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tantrum (Sumber: freepik/karlyukav)

Tantrum pada anak-anak sering dianggap sebagai ulah manja atau bentuk pembangkangan.

Namun, ketika tantrum terjadi pada anak dengan spektrum autisme, tangisan, jeritan, bahkan aksi agresif mereka bisa jadi bukan sekadar luapan emosi, melainkan bentuk komunikasi terakhir saat dunia terasa terlalu berat untuk dipahami. 

Melalui artikel ini, mari kita pahami bersama bahwa di balik ledakan itu, ada permintaan dan makna yang terbungkus dalam keheningan pemahaman.

Ketika Tangisan Bukan Sekadar Marah

Bagi sebagian orang tua dan pendidik, menghadapi tantrum adalah tantangan tersendiri. Terkadang, masyarakat sekitar memberi cap negatif: “anak nakal,” “tidak dididik dengan baik,” atau “orang tuanya gagal mendidik.” 

Padahal, bagi anak dengan spektrum autisme, tantrum bukan soal kemauan, melainkan ketidakmampuan mengungkapkan rasa yang terpendam.

Tantrum pada anak autistik berbeda dari tantrum biasa. Di balik ekspresi yang tampak “berlebihan,” tersimpan jeritan minta tolong yang tak sanggup mereka ucapkan.

Apa Itu Tantrum pada Anak Autistik?

Tantrum adalah bentuk ledakan emosi yang bisa berupa tangisan, teriakan, menjatuhkan diri ke lantai, atau perilaku agresif. Namun pada anak autistik, tantrum bisa berubah menjadi meltdown, reaksi intens yang muncul saat sistem saraf mereka benar-benar kewalahan.

Pemicu tantrum pada anak autistik bisa bermacam-macam:

  • Suara bising
  • Cahaya terlalu terang
  • Perubahan mendadak dalam rutinitas
  • Rasa frustrasi karena tidak bisa mengungkapkan keinginan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun