Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komite Sekolah (Seharusnya) Jadi Garda Depan Pendidikan Inklusif

24 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 24 Mei 2025   08:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rapat wakil sekolah dan komite (Sumber: freepik/Frolopiaton Palm)

Di balik keberhasilan implementasi pendidikan inklusif di sekolah, ada peran-peran krusial yang kerap terlupakan—salah satunya adalah komite sekolah. 

Sebagai representasi orang tua dan masyarakat, komite sekolah (seharusnya) menjadi garda depan dalam mendorong transparansi, empati, dan kesetaraan di lingkungan belajar, terutama bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).

Pendidikan Inklusif: Lebih dari Sekadar Label

Pendidikan inklusif bukan hanya tentang menerima siswa ABK ke dalam kelas reguler, tetapi tentang menciptakan ekosistem sekolah yang mendukung pertumbuhan semua anak, tanpa diskriminasi. 

Tantangan dalam implementasinya nyata: keterbatasan sumber daya, kurangnya pemahaman, hingga minimnya pelibatan pihak luar.

Sayangnya, komite sekolah yang seharusnya menjadi jembatan antara sekolah dan masyarakat, sering kali hanya hadir saat ada urusan administratif atau kegiatan seremonial. Padahal, potensi mereka jauh lebih besar dari itu.

Asesmen ABK: Data yang Harus Diolah, Bukan Disimpan

Setiap anak berkebutuhan khusus membutuhkan pendekatan yang berbeda, dan itu diawali dengan proses identifikasi dan asesmen. Sayangnya, hasil asesmen sering hanya tersimpan dalam berkas atau menjadi konsumsi internal guru-guru.

Di sinilah semestinya komite sekolah masuk dan dilibatkan. Sekolah dapat menyampaikan hasil identifikasi secara terbuka (dengan etika) kepada warga sekolah termasuk komite.

Komite dapat membantu menjelaskan kepada orang tua lain, dan meluruskan miskonsepsi dan stigma negatif serta menumbuhkan penerimaan utuh dan empati terhadap kehadiran ABK di tengah siswa siswi regular yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun