Bagi siswa, perubahan metode dan materi yang tidak konsisten terkadang menyebabkan kebingungan, serta ketidakpastian dalam evaluasi hasil belajar.
Sekolah pun menghadapi tantangan dalam menyiapkan sarana prasarana, mendistribusikan modul pembelajaran, dan menyesuaikan kurikulum dengan karakteristik daerah. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara satu wilayah dengan wilayah lain dalam penerapan kurikulum.
Mengapa Kurikulum Terus Berganti?
Pergantian kurikulum yang sering kali disebabkan oleh dinamika kebijakan nasional dan pergantian pemangku jabatan di sektor pendidikan. Selain itu, perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi memacu upaya pencarian model kurikulum yang dinilai lebih ideal dan relevan dengan kebutuhan masa kini.
Namun, dalam proses tersebut, kerap kali kurang adanya kajian jangka panjang dan pelibatan langsung para guru dan pelaku pendidikan di lapangan sebagai pengguna utama kurikulum.
Suara dari Lapangan
Seorang guru di salah satu sekolah menengah di Bandung menyatakan, “Setiap ada kurikulum baru, kami harus beradaptasi lagi. Ini menguras tenaga dan waktu, sementara kebutuhan siswa tetap harus terpenuhi.”
Sementara seorang orang tua murid menambahkan, “Anak-anak jadi bingung dengan metode yang sering berubah. Harapannya, pemerintah bisa memberikan kepastian supaya proses belajar lebih fokus.”
Arah Ideal: Stabilitas, Konsistensi, dan Kontekstualisasi
Perubahan kurikulum adalah hal yang wajar sebagai bagian dari pembaruan pendidikan. Namun, yang paling penting adalah memastikan arah perubahan tersebut jelas, stabil, dan berkelanjutan.
Kurikulum yang ideal harus berakar pada konteks sosial dan budaya Indonesia, serta didasarkan pada riset mendalam dan keterlibatan para guru serta pemangku kepentingan pendidikan.