Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Ketakutan Menstruasi pada Anak Autis: Peran Desensitisasi dalam Pendidikan Inklusif

9 Mei 2025   14:06 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan Seksual bagi Siswa Autis (Sumber: Dok. Pribadi)

Tidak semua anak perempuan menyambut datangnya menstruasi dengan pemahaman dan kesiapan. Terlebih bagi anak perempuan dengan spektrum autisme, pengalaman pertama melihat darah haid bisa menjadi momen menegangkan, bahkan traumatis.

Di sebuah sekolah inklusif, seorang siswi autis mengalami serangan panik hebat saat menyadari dirinya haid untuk pertama kali. Tangisan, penolakan terhadap pembalut, hingga ketakutan ekstrem menjadi potret nyata bahwa edukasi pubertas tidak bisa disamaratakan. 

Berangkat dari pengalaman ini, desensitisasi menjadi kunci untuk mendampingi anak autis menghadapi perubahan tubuh secara lebih tenang dan bermakna.

Kepanikan Saat Menstruasi Pertama

Kejadian ini dialami oleh seorang peserta didik perempuan dengan spektrum autisme di sekolah inklusif. Ketika darah menstruasi muncul untuk pertama kalinya, ia menjerit panik, menangis berjam-jam, dan menolak mengenakan pembalut. 

Situasi menjadi tidak terkendali, hingga proses belajar pun terganggu. Guru dan teman-teman di kelas ikut kebingungan. Reaksi emosional ini bukan semata-mata karena ia tidak tahu tentang menstruasi, tetapi karena ketidaksiapan sensorik dan emosional yang khas pada anak dengan autisme.

Bagi anak autis, perubahan mendadak dalam tubuh dan penampakan fisik seperti darah bisa menjadi pengalaman yang sangat mengganggu. Sensitivitas terhadap tekstur, bau, dan sensasi fisik yang ditimbulkan oleh pembalut pun dapat memicu reaksi penolakan kuat.

Desensitisasi: Menjembatani Kebutuhan Spesifik

Dalam menghadapi tantangan ini, strategi desensitisasi menjadi solusi yang efektif. Desensitisasi adalah pendekatan bertahap untuk membiasakan seseorang pada stimulus yang sebelumnya dianggap menakutkan atau tidak nyaman. 

Dalam konteks ini, desensitisasi dilakukan untuk membangun toleransi anak terhadap pengalaman menstruasi secara perlahan dan terstruktur. Guru, orang tua, dan terapis berkolaborasi dalam merancang proses desensitisasi yang bersifat visual, naratif, dan sensorik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun