Pulau di tengah danau, Nusa Gede, hanya bisa dikunjungi dengan izin dan niat yang tulus. Tidak semua pengunjung bisa masuk dengan bebas. Di sana terdapat makam Prabu Hariang Kancana yang selalu dijaga, serta beberapa pusaka peninggalan kerajaan.
Aura sakral dan cerita mistis menyelimuti kawasan ini. Konon, siapa pun yang datang dengan niat buruk, bisa tersesat atau mengalami kejadian yang tidak diinginkan.Â
Karena itu, masyarakat lokal selalu menekankan pentingnya etika dan kesopanan saat berkunjung ke Situ Panjalu.
Tradisi Nyangku: Upacara Pusaka yang Mendunia
Salah satu tradisi yang menjadikan Situ Panjalu unik adalah Tradisi Nyangku, sebuah ritual membersihkan pusaka-pusaka kerajaan yang digelar setiap tahun, biasanya seminggu setelah Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini dimulai dengan mengambil air dari Situ Panjalu, kemudian membersihkan benda-benda pusaka seperti keris dan tombak warisan Kerajaan Panjalu. Setelah itu, dilakukan kirab budaya yang membawa pusaka-pusaka tersebut keliling desa diiringi doa dan syair pujian.
Menariknya, tradisi ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat Panjalu, tetapi juga dihadiri peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari mancanegara.Â
Tradisi ini menjadi warisan budaya tak benda yang mencerminkan perpaduan antara adat, kepercayaan, dan nilai-nilai Islam dalam satu harmoni yang khas.
Pesona Wisata dan Kearifan Lokal
Selain nilai sejarah dan spiritualitasnya, Situ Panjalu juga menyuguhkan panorama alam yang indah dan tenang. Udara sejuk, suasana teduh, serta keramahan warga lokal menjadikan tempat ini cocok untuk wisata reflektif dan edukatif.
Masyarakat sekitar juga aktif dalam menjaga kelestarian danau dan lingkungannya. Mereka tidak hanya berperan sebagai penjaga warisan budaya, tetapi juga sebagai pelaku ekonomi lokal yang kreatif melalui kuliner, kerajinan tangan, dan pengelolaan wisata berbasis komunitas.