"Pajamkan mata, Bayangkan muka Walid... !"
"Mau Tidur tapi takut nampak muka Walid, iiihh....!"
Begitulah kira-kira narasi kocak yang viral belakangan ini: seorang perempuan begitu takut tertidur hingga menempelkan selotip di kelopak matanya agar tetap melek.
Lucu memang, tapi sekaligus tragis kalau kita pikirkan lebih dalam; betapa takutnya ia untuk kehilangan kendali, meski sesaat.
Dan bicara tentang “kehilangan kendali”, viralnya drama Malaysia Walid membawa kita pada refleksi yang lebih serius: jangan sampai kita, terutama perempuan, tertidur oleh bujuk rayu sosok ‘alim’ yang ternyata bertopeng.
Sekilas, film berjudul 'Bidaah' dengan sosok viral 'Walid' mungkin tampak seperti drama Malaysia biasa; berisi konflik keluarga, cinta, dan agama. Namun di balik jalan ceritanya yang viral, terselip kenyataan pahit yang harus diwaspadai: hadirnya pria-pria bertopeng agama yang memanipulasi keimanan demi nafsu.
Karakter 'Walid' bukan sekadar fiksi. Ia adalah representasi dari realitas sosial yang lebih luas di mana ‘kesalehan’ bisa disulap jadi alat untuk menjebak perempuan.
Melalui ulasan ini, mari kita menyelami lebih dalam: mengapa sosok seperti 'Walid' bisa lahir, bagaimana modusnya bekerja, dan apa yang bisa dilakukan agar kita; terutama perempuan agar tidak menjadi korban berikutnya.
Dari Layar ke Dunia Nyata: Walid, Sosok yang Tak Lagi Fiksi
Drama Malaysia 'Bidaah' menjadi perbincangan hangat karena berani mengangkat sisi gelap dari penyalahgunaan agama.