Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cara Mendidik Anak Ala Haji Agus Salim

15 April 2025   07:00 Diperbarui: 15 April 2025   04:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haji Agus Salim (Sumber: tirto.id)

Dalam sejarah bangsa, nama Haji Agus Salim dikenal sebagai tokoh besar; seorang diplomat ulung, pemikir cemerlang, dan ulama yang dihormati.

Namun di balik kiprahnya yang gemilang di pentas nasional dan internasional, ada satu peran penting yang jarang disorot: ia adalah ayah yang luar biasa. 

Gaya mendidik anak-anaknya begitu khas, penuh keteladanan, kesederhanaan, serta nilai-nilai luhur yang tetap relevan bagi para orang tua masa kini.

Keteladanan sebagai Inti Pendidikan

Haji Agus Salim percaya bahwa pendidikan anak bukan "dimulai dari perintah, melainkan dari contoh". Dalam keseharian, ia hidup sangat sederhana, bahkan terkadang harus berhemat dalam keadaan serba kekurangan. 

Namun, justru di situlah anak-anaknya belajar arti kehidupan; kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, dan pengorbanan. Ia tidak menggurui, tetapi menunjukkan langsung bagaimana seharusnya hidup dijalani.

Anak-anaknya tumbuh dalam atmosfer yang penuh makna. Mereka melihat sendiri sang ayah menulis, membaca, berdiskusi, beribadah, hingga menolong sesama. Keteladanan ini melekat dan membentuk karakter anak, jauh lebih kuat dari sekadar nasihat.

Pendidikan Berbasis Nilai dan Spirit Keislaman

Sebagai seorang ulama, Haji Agus Salim menanamkan nilai-nilai Islam secara natural dalam keluarga. Ia tidak memaksa, tetapi menanamkan makna di balik setiap ibadah dan akhlak mulia. 

Tauhid, adab, kejujuran, dan rasa malu menjadi fondasi pendidikan. Ia menjelaskan kebaikan tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan hati dan akal sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun