Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dari VOC ke Vibes of Caring: Menggeser Pola Asuh dari Otoriter ke Asertif

14 April 2025   15:00 Diperbarui: 14 April 2025   14:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Vibes of Caring (Sumber: freepik/tirachardz)

Dulu Disuapi Ancaman, Sekarang dengan Cinta

"Kalau nggak habis, Mama marah!"
"Makan ya, biar dapat hadiah nonton YouTube!"

Kalimat ini mungkin terdengar akrab di meja makan banyak keluarga. Saya pun dulu pernah melontarkannya. Semua demi satu tujuan: anak makan. 

Tapi setelah berkali-kali mencoba cara keras maupun bujuk rayu dengan gawai, saya sadar, ini bukan sekadar soal nasi di piring, tapi relasi yang sedang saya bangun.

Pola asuh zaman dulu, yang belakangan populer disebut Parenting VOC, mengandalkan kedisiplinan kaku, kontrol mutlak, dan minim kompromi. 

Sebagaimana Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menerapkan sistem tanam paksa, sebagian orang tua tanpa sadar memperlakukan anak seperti ladang yang harus tunduk. Padahal, dunia sudah berganti.

Anak-anak kita hidup di era di mana "diperintah tanpa dijelaskan" sudah tak relevan lagi.

Parenting VOC: Warisan Otoriter yang Masih Tersisa

Parenting VOC tak selalu diucapkan, tapi terasa dari cara kita merespons anak:

  • "Pokoknya harus nurut!"
  • "Jangan banyak alasan!"
  • "Kalau nggak makan, nggak main!"

Pola ini mungkin berhasil membuat anak patuh sesaat, tapi jangka panjangnya? Anak tumbuh dalam tekanan, kurang percaya diri, dan tidak belajar mengambil keputusan. 

Mereka makan bukan karena sadar pentingnya nutrisi, tapi karena takut. Mereka taat bukan karena paham, tapi karena cemas pada konsekuensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun