Kultur kerja keras, dukungan terhadap startup teknologi, dan kehadiran negara dalam mengarahkan inovasi menjadikan Tiongkok bukan hanya peniru, tapi juga pelopor. Tak heran jika mereka kini bersaing dengan Amerika Serikat dalam teknologi kecerdasan buatan dan eksplorasi luar angkasa.
Indonesia: Potensi Besar, Tantangan Lebih Besar
Indonesia sebenarnya tidak kekurangan modal. Dengan populasi muda yang melek digital dan pasar teknologi yang terus tumbuh, peluangnya sangat besar. Namun, tantangannya pun tidak sedikit.
Investasi R&D Indonesia masih di bawah 1% dari PDB—tertinggal jauh dari Tiongkok yang mencapai lebih dari 2%. Kurikulum pendidikan yang belum responsif terhadap perkembangan zaman, birokrasi yang lamban, dan regulasi yang belum ramah inovasi menjadi penghambat utama.
Kita masih cenderung menjadi user ketimbang creator. Banyak talenta muda kita memilih berkarya di luar negeri karena ekosistem dalam negeri belum cukup mendukung mereka untuk berkembang.
Saatnya Indonesia Bergerak!
Belajar dari Tiongkok bukan berarti meniru sepenuhnya, tapi memetik esensi: keberanian bermimpi besar dan komitmen jangka panjang. Indonesia perlu membangun ekosistem inovasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pemerintah harus memberi ruang luas bagi riset, mendukung kolaborasi kampus-industri, serta menyederhanakan regulasi untuk startup dan teknologi lokal. Pendidikan harus bertransformasi, mengajarkan anak-anak tidak hanya cara menggunakan teknologi, tapi juga cara menciptakannya.
Kita perlu mempercayai potensi anak bangsa dan menciptakan iklim yang mendorong mereka untuk tetap berkarya di negeri sendiri. Karena sejatinya, kekuatan teknologi bukan hanya soal alat, tetapi soal cara berpikir, berinovasi, dan memecahkan masalah bangsa.
Waktunya Mengejar, Bukan Sekadar Mengagumi
Tiongkok telah membuktikan bahwa transformasi teknologi bisa membawa bangsa menuju kemandirian. Kini giliran Indonesia untuk bergerak, bukan hanya sebagai penonton perkembangan, tetapi sebagai pemain utama.
Kita tidak kekurangan ide, tapi sering kekurangan dukungan. Tidak kekurangan semangat, tapi kurang arah. Kini saatnya arah itu ditentukan. Karena bangsa besar bukan hanya yang memiliki banyak penduduk, tetapi yang mampu menjawab tantangan zamannya.