Syawal, Waktu yang Tepat untuk Memaafkan Diri
Lebaran telah usai. Euforia kebersamaan, momen silaturahmi, dan berbagai hidangan khas Lebaran kini menjadi kenangan manis.
Namun, setelah semua perayaan, sebagian orang justru mulai merasakan tekanan batin: mengingat kesalahan masa lalu, penyesalan atas hal-hal yang belum dilakukan, atau rasa bersalah karena tidak mampu mempertahankan kebiasaan baik yang dibangun selama Ramadan.
Bulan Syawal sering dimaknai sebagai bulan kemenangan, tetapi bagaimana jika kemenangan itu tidak hanya tentang kembali ke fitrah, melainkan juga tentang berdamai dengan diri sendiri?
Inilah saatnya kita memahami pentingnya self-compassion, seni memaafkan diri sendiri agar bisa melangkah ke depan dengan lebih baik.
Self-Compassion: Apa dan Mengapa Itu Penting?
“Memaafkan diri sendiri berarti memahami bahwa kita tidak dilahirkan untuk sempurna, tetapi untuk belajar dan berkembang.” Kristin Neff
Pesan yang terkandung dari kutipan tersebut adalah kesalahan merupakan bagian alami dari proses pembelajaran manusia.
Menurut Dr. Kristin Neff, seorang pakar psikologi dari University of Texas, self-compassion adalah kemampuan untuk bersikap baik kepada diri sendiri, terutama saat menghadapi kegagalan atau kesalahan.
Alih-alih menyalahkan diri secara berlebihan, seseorang diajak untuk memahami bahwa setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, dan itu adalah bagian dari proses belajar.
Tiga elemen utama self-compassion meliputi:
- Self-Kindness: Bersikap lembut pada diri sendiri, bukan menghakimi diri dengan keras.
- Common Humanity: Menyadari bahwa kesalahan adalah bagian dari pengalaman manusiawi.
- Mindfulness: Menerima perasaan negatif tanpa berlarut-larut di dalamnya.