Bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi momen refleksi sekaligus ujian bagi mereka yang memiliki peran ganda.Â
Sebagai seorang guru, ibu, sekaligus mahasiswa, saya menghadapi tantangan besar dalam menjaga produktivitas tanpa mengorbankan kualitas pekerjaan, pendidikan, dan keluarga.
Namun, siapa bilang puasa harus menjadi penghalang? Justru, Ramadan dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan kedekatan kita pada sang pencipta, mengasah disiplin diri, meningkatkan manajemen waktu, dan menemukan ritme kerja yang lebih efektif.Â
Lelah? Inshaallah nggak jika diniatkan lillah..
Menjaga Produktivitas di Tengah Kesibukan
Sebagai guru pendidikan khusus bagi peserta didik autis, saya memiliki tanggung jawab untuk memastikan setiap siswa mendapatkan perhatian dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.Â
Interaksi dengan siswa berkebutuhan khusus membutuhkan energi ekstra, kesabaran, dan strategi pembelajaran yang kreatif.
Puasa tidak boleh menjadi alasan untuk mengurangi kualitas pembelajaran. Justru, dengan manajemen energi yang tepat, saya bisa tetap optimal di kelas. Beberapa strategi yang saya terapkan antara lain:
- Menyusun jadwal yang efisien: Saya mengatur materi pembelajaran yang lebih interaktif pada pagi hari saat energi masih penuh, sementara kegiatan yang lebih ringan, seperti bercerita, kegiatan pengembangan komunikasi dan kemandirian serta pendidikan keterampilan.
-Â Menggunakan metode visual dan teknologi: Siswa dengan autisme membutuhkan banyak dukungan visual untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Saya membuat visual schedule, kartu kata bergambar, serta menggunakan teknologi dalam pembelajaran seperti gamifikasi sederhana, media interaktif serta integrasi Augmented Reality (AR) dalam media pembelajaran. Hal tersebut tak hanya menjadi alat bantu yang efektif tetapi juga mampu menarik minat siswa dan menghemat energi saya.