Guru di Mata Masyarakat: Antara Pahlawan dan Sasaran Kritik
Guru sering disebut sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa". Tetapi, bagaimana jika pahlawan ini justru lebih sering dikritik daripada dihargai?
Di satu sisi, kita menginginkan guru yang hebat, profesional, dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.Â
Namun, di sisi lain, kita tidak selalu mendukung mereka dengan gaji yang layak, lingkungan kerja yang nyaman, atau bahkan sekadar apresiasi atas usaha mereka.Â
Banyak guru harus bekerja lebih dari jam kerja normal, bahkan membawa pekerjaan mereka ke rumah. Mereka menghadiri pelatihan di akhir pekan, mengurus administrasi di malam hari, dan tetap harus hadir di sekolah dengan wajah ceria meskipun mereka sendiri sedang menghadapi masalah pribadi.
Ironisnya, saat seorang guru melakukan sedikit kesalahan, yang mereka terima bukan pemahaman, tetapi hujatan.Â
Padahal, jika seorang dokter melakukan kesalahan, kita masih bisa berkata, "Namanya juga manusia.", tetapi jika guru yang salah, seketika muncul komentar, "Katanya guru? Kok begitu!"
Saatnya Mengubah Cara Pandang Kita
Sudah saatnya kita berhenti menuntut guru untuk menjadi manusia sempurna. Guru juga manusia---mereka bisa lelah, bisa salah, dan butuh dukungan seperti profesi lainnya.
Alih-alih mencari kesalahan mereka, mengapa kita tidak mulai memberikan apresiasi? Coba tanyakan kepada anak-anak kita,Â
"Apa yang kamu pelajari hari ini dari gurumu?" daripada hanya bertanya, "Ada kejadian apa di sekolah?" Coba dukung guru ketika mereka menghadapi masalah, daripada langsung menyalahkan mereka di media sosial.