Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menemukan Eudaimonia: Seni Hidup Tanpa Diperbudak Keinginan

22 Februari 2025   10:00 Diperbarui: 24 Februari 2025   12:41 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh persaingan, manusia sering kali terjebak dalam lingkaran keinginan yang tidak berujung. 

Keinginan untuk memiliki lebih banyak, mencapai lebih tinggi, dan diakui oleh orang lain menjadi obsesi yang, tanpa disadari, justru menjauhkan kita dari ketenangan. 

Banyak yang mengira kebahagiaan sejati datang dari pencapaian materi, status sosial, atau validasi dari lingkungan sekitar. Padahal, kebahagiaan semacam itu cenderung bersifat sementara dan bisa berubah menjadi beban.

Dalam filsafat Yunani, ada konsep yang disebut eudaimonia, yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Eudaimonia bukan sekadar kebahagiaan sesaat (hedonia), tetapi kehidupan yang benar-benar bermakna, dijalani dengan kebajikan, dan selaras dengan nilai-nilai pribadi. 

Jika kita ingin hidup lebih damai dan tidak diperbudak oleh keinginan yang tak ada habisnya, maka memahami dan menerapkan konsep eudaimonia bisa menjadi solusi.

Dilema Keinginan: Ketika Hasrat Menjadi Beban

Secara psikologis, keinginan yang tidak terkendali dapat menimbulkan stres, kecemasan, dan ketidakpuasan. 

Dalam teori hedonic treadmill, manusia cenderung selalu menginginkan lebih---begitu satu keinginan terpenuhi, muncul keinginan baru yang lebih besar. Ini menciptakan siklus tanpa akhir yang melelahkan.

Fenomena ini bisa dilihat dalam berbagai aspek kehidupan:

  1. Karier dan Status Sosial -- Banyak orang merasa harus terus naik jabatan, mengejar gaji yang lebih tinggi, dan memperoleh pengakuan di tempat kerja. Namun, pencapaian ini sering kali diikuti oleh ketakutan akan kehilangan posisi atau tekanan untuk terus bersaing.
  2. Kepemilikan Materi -- Budaya konsumtif membuat banyak orang berlomba-lomba memiliki barang terbaru, tetapi setelah memilikinya, kebahagiaan hanya bertahan sesaat sebelum keinginan lain muncul.
  3. Media Sosial dan Validasi -- Keinginan untuk terlihat sempurna dan mendapatkan pengakuan di media sosial bisa menjadi bentuk perbudakan modern yang membuat seseorang merasa tidak pernah cukup.

Alih-alih membawa kepuasan, keinginan yang tak terkendali justru membuat seseorang merasa terus kekurangan.

Eudaimonia vs. Hedonia: Dua Pendekatan Kebahagiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun