Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syria dan Impian yang Pupus

11 Februari 2020   06:49 Diperbarui: 11 Februari 2020   06:50 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DeutsceWhele -- sebuah kantor berita Jerman- membuat berita berdasarkan temuan mereka di Syria. Mereka mewawacarai Nurshardrina Khairadhania yang pada tahun 2014  menemukan artikel soal ISIS dan  memberitahu keluarganya tentang kondisi Syria yang kemungkinan besar bisa mengubah hidup mereka. Saat itu, Nur -- demikian dia dipanggil masih berusia 19 tahun.

Informasi soal Syria dia dapatkan di internet. Mereka menjanjikan pendidikan gratis, pelayanan kesehatan hingga prospek perbaikan ekonomi. Dari semua informasi itu, keyakinan bahwa lingkungan di Syria amat ideal bagi umat Islam karena kekuasaan tertinggi ada di khilafah seprti yang digambarkan pada cerita amsa lalu. Begitu makmur dan idealnya sehingga 20 anggota keluarga Nur yang berasal dari Malang memutuskan untuk pindah ke sana.

Ke 20 anggota keluarga Nur itu punya masalah masing-masing  dan berharap besar persoalan-persoalan mereka di Indoensia akan membaik dan selesai di Syria. Sepupu Nur bernama Difansa Rahmani merupakan janda dengan tiga anak, salah satunya mengidap autism. Dia berharap bisa memperoleh perawatan kesehatan gratis di Syria. 

Lalu pamannya berharap bisa lepas dari lilitan utang yang menjeratnya karena bengkel mekaniknya terus merugi di Jakarta. Dia berharap bisa berbisnis sejenis di Raqqa. Beberapa saudara Nur juga menginginkan harapan yang lebih baik di Syria.

Lalu keluarga itu menjual semua harta bendanya berupa rumah, mobil dan perhiasan hingga mencapai setengah milyar rupiah, dan digunakan untuk perjalanan ke Turki lalu ke Syria.

Namun ketika sampai di Turki dan ingin ke Syria, sebagian dari mereka ditangkap dan dideportasi ke Indonesia. Selebihnya sekitar 15 orang akhirnya bisa mencapai Raqqa dan mendepat ke ISIS. 

Lalu sebagian keluarga ini tercerai berai; ada yang mengikuti kelas pendidikan Islam dan akhirnya dipenjara berbulan-bulan karena menolak ikut perang, ada yang terpaksa ikut tentara ISIS dan hidup seperti di neraka.  Sementara para wanita dan anak perempuan dikirim ke asrama wanita.

Para wanita yang tinggal di asrama ini jauh dari bayangan Nur yang seharusnya damai, melindungi keluarga dan bertutur lembut. Yang dia hadapi adalah para wanita yang sering bertengkar, saling mencuri dan bergumul dengan pisau. Yang mencengangkan adalah Nur dan sepupunya yang janda itu masuk dalam daftar calon istri tentara ISIS yang mengajukan istri. Para tentara itu bisa menikah meskipun belum kenal bahkan belum bertemu.

Nur kemudian mengatakan bahwa ISIS hanya ingin tiga hal ; wanita, kekuasaan dan uang. "Mereka membuat hukum sendiri dan bertingkah seperti Tuhan. Mereka sangat jauh dari Islam," ujar Nur.  Keluarga Nur hanya ingin hidup di negara Islam (Khilafah) , tapi ISIS dan Syria  sangat jauh dari gambaran soal negara Islam.

Kisah Nur dan 20 saudaranya adalah contoh bagaimana sebuah keluarga tidak puas hidup di Indonesia dan memilih ke-Khilafahan- yang sedang dibangun oleh ISIS -- sebagai tujuan hidup mereka. Hanya saja pilihan itu salah. Mereka mendapati kenyataan yang sangat berbeda dengan impian mereka.

Tidak ada bangsa yang sangat ideal untuk ditempati karena masing-masing bangsa punya persoalan dan mereka berjuang untuk memecahkannya itu. Bangsa Rusia punya persoalan, Malaysia punya , Perancis juga punya, begitu pula Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun