Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buang Intoleransi Demi Kemajuan Bersama

15 November 2019   12:23 Diperbarui: 15 November 2019   12:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: alinea.id

Mungkin hati kita tersentak dengan kejadian umat Hindu di Bantul yang mengalami kejadian tak mengenakkan ketika keluarga besar mereka akan melakukan upacara adat di salah satu rumah umat. Mereka sudah mengurus perizinan ke beberapa pihak karena  upacara itu juga akan diikuti oleh sekitar 40 orang kerabat dari luar kota sehingga mungkin akan membuat lingkungan di sana akan  ramai untuk sementara.

Pada hari H, awalnya tidak ada masalah. Mereka mengadakan persembahyangan untuk mendoakan leluhur dengan melakukan berbagai ritual berdoa selama 1-1,5 jam. Tapi di tengah kegiatan, warga berdatangan dan mencegat umat Hindu lain masuk ke rumah warga tersebut.  Warga menyuruh kerabat yang baru datang ke ritual itu untuk pulang.

Beberapa media menyatakan bahwa sore sekitar pk 15.00 Kapolsek setempat datang dan menyampaikan keluhan warga sekitar atas upacara doa dan minta dihentikan. Kepala Dusun berkilah bahwa dia ingin mengayomi masyarakat karena banyak warga yang tidak setuju dengan kegiatan itu. Akhirnya sang empunya acara menghentikan kegiatan itu demi memenuhi desakan warga dan polisi.

Jika ditelisik lebih jauh, kita mendapati kisah bahwa desakan warga untuk menghentikan ritual itu karena menganggap upacara mendoakan leluhur itu aneh, tidak jelas dan bahkan sesat. Artinya mereka tidak paham bagaimana agama Hindu memberi perhargaan bagi leluhur dan alam semesta. Mungkin mereka akan terkejut jika tahu sedikit dari ritual Hindu yang bernama Tumpek Wariga. Di situ umat Hindu akan memberi sajen pada pohon-pohon atau tanaman atau sawah yang memberi mereka kehidupan. Juga ada Tumpek Landep dimana mereka memuliakan hal atau barang yang mempermudah mereka semisal transportasi (mobil), alat untuk kantor semisal computer dan sebagainya, shingga mereka memberi sajen dan berdoa kepada Tuhan atas anugerah alat-alat yang mempermudah hidup meeka. Ritual agama  ini  memang cara umat Hindu  untuk memuliakan sesuatu sesuai dengan konsep agama Hindu.

Tentu saja itu tidak sesat karena memang itu cara mereka. Sehingga kita tidak patut untuk memakai 'kacamata kita' untuk mengukur ritual itu apalagi mencapnya sebagai 'sesat' sebagaimana kisah satu desa di Bantul itu.

Cara mencintai Tuhan itu bermacam-macam. Keanekaragaman cara mencintai itu telah ada sejak berabad lamanya. Ketidakpahaman, dilanjutkan dengan aksi penghentian upacara  itu hakekatnya intoleransi satu umat pada umat lain. Jadi intoleransi adalah menganggap cara kita benar dan cara orang lain salah dalam mencintai Tuhan.

Marilah kita belajar soal ini dengan lebih baik dan lebih bijaksana; bahwa kita hidup bersama-sama dengan orang yang mungkin sangat berbeda dengan kita. Kita harus menghargai kepercayaan lain tanpa harus mengubah kepercayaan kita sendiri. Itulah yang dinamakan toleransi. Dan negara kita memang butuh toleransi agar banyak pihak yang berbeda bisa hidup dengan tenang dan berjaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun