Mohon tunggu...
nuning christiana
nuning christiana Mohon Tunggu... guru

saya pribadi yang introvert tetapi saya tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang orang yang membawa pengaruh positif bagi kehidupan saya. hobi traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Generasi Z: Menelusuri Pergeseran Etika Anak Muda Di Tengah Arus Digital

14 Oktober 2025   20:46 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:46 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:stockcake.com)

Pendahuluan: Sebuah Potret Ironi

Kita hidup di zaman yang serba terhubung, di mana informasi dan ilmu pengetahuan ada di ujung jari. Ironisnya, di tengah kecerdasan digital yang tinggi, muncul kekhawatiran besar: penurunan integritas moral dan karakter pada anak-anak kita, yang kini dikenal sebagai Generasi Z.

Dari kasus cyberbullying yang merusak mental, maraknya budaya pamer dan flexing, hingga kemudahan menyontek dan copy-paste tugas sekolah. Seolah-olah, kompas moral Generasi Z sedang bergeser, didikte oleh algoritma dan likes. Artikel ini akan membedah tiga akar utama mengapa etika dan karakter anak muda kita 'jatuh' di tengah hiruk pikuk dunia digital.

Bagian 1: Jebakan Media Sosial dan Kehampaan Nilai

Media sosial adalah lingkungan utama Gen Z. Sayangnya, lingkungan ini sering menciptakan konflik batin antara nilai yang diajarkan di rumah dan kenyataan yang disajikan di layar.

1. Budaya "Instan" Merusak Kejujuran

Di media sosial, semuanya harus cepat dan viral. Konsep kesabaran dan proses menjadi asing. Ketika copy-paste tugas lebih cepat daripada berpikir, atau ketika jalan pintas dihargai lebih tinggi daripada kerja keras, nilai kejujuran dan integritas mulai tergerus. Anak-anak terbiasa mencari validasi instan, mengabaikan proses panjang pembentukan karakter yang sejati.

2. Anonimitas dan "Berani di Balik Layar"

Internet menawarkan topeng anonimitas. Di balik layar, siswa sering merasa bebas mengatakan atau melakukan hal yang tidak akan mereka lakukan di dunia nyata. Inilah yang melahirkan cyberbullying dan ujaran kebencian yang masif. Tanpa konsekuensi sosial yang terlihat langsung, rasa tanggung jawab dan empati terhadap perasaan orang lain menjadi tumpul.

Bagian 2: Layar Menggantikan Hati: Krisis Empati Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun