Setiap pagi emak tak pernah absen membuat bekal untuk anak-anaknya yang masih sekolah. Pagi-pagi ketika bapak bangun untuk menunaikan sholat subuh, emak juga ikut bangun.
Bedanya setelah sholat bapak menyiapkan seragam untuk bekerja, Emak sibuk memasak untuk membuat bekal dan menyiapkan sarapan.
Lauknya bermacam-macam setiap hari, tergantung ada bahan apa di rumah saat itu. Menu spesial selalu dibuat setelah bapak gajian, biasanya diisi dengan ayam goreng, telur, tempe, nasi putih dan susu. Â
Namun jika tidak ada lauk dirumah, Emak pasti membuat nasi goreng atau kadang-kadang hanya mi goreng, ikan asin, tempe, tahu, sayur kangkung atau bayam ditambah nasi dan air putih untuk bekal sekolah.
Kendati begitu bekal yang dimasak Emak selalu habis dan tak tersisa, setiap istirahat jam pertama bekal itu selalu menjadi teman pelepas lapar. Kadang di dalam kelas, kadang di bawah pohon dekat mushola saat melahap bekal Emak.
Bahkan ketika pulang dan telah sampai di rumah, Emak tak henti-hentinya mengingatkan untuk meletakan tempat bekal di tempat cucian piring agar tas tidak menjadi bau karena tempat bekal tersebut.
Entah bergizi atau tidak bergizi tapi selama makan bekal gratis Emak tidak pernah rasanya badan menjadi sakit atau mual-mual. Sebaliknya rasa lapar yang tadinya menyala-nyala langsung padam.
Itulah kekuatan Makan Bekal Gratis (MBG) Emak yang membuat lapar jadi hilang dan siap melanjutkan pelajaran setelah istirahat hingga pulang.
Sekarang peran Emak membuat bekal sekolah telah di ambil alih oleh program pemerintah dan berganti nama dari Makan Bekal Gratis (MBG) Emak jadi Makan Bergizi Gratis (MBG).
Bedanya jika Makan Bekal Gratis (MBG) Emak dibuat dan diracik oleh Emak sesuai kondisi keuangan keluarga dengan ditambah rasa kasih dan cinta maka Makan Bergizi Gratis (MBG) di buat di dapur-dapur MBG dengan takaran gizi seimbang serta melalui pemeriksaan yang ketat.
Kendati begitu selama selemperan batu Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaksanakan telah terjadi beberapa kasus terkait kualitas makanan yang disajikan.
Menurut laporan kompas.com yang terbit pada 24/09/2025 dengan judul Dimana Saja 4.711 Kasus Keracunan MBG Terjadi? Lengkapnya, memaparkan bahwa sejak Januari hingga 22 September 2025 telah terjadi 4.711 kasus keracunan MBG baik di wilayah I, II, dan III.
Masih dalam laporan kompas.com, kasus-kasus terkait MBG tersebut terjadi karena Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang masih baru, belum terbiasa memasak dalam porsi besar, hingga mengganti supplier bahan baku.
Atas kejadian tersebut melalui Mentri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mewakila pemerintah dan Badan Gizi Nasional menyampaikan permohonan maaf atas masih terjadinya keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di banyak daerah karena hal tersebut tidak pernah diinginkan pemerintah.
Kejadian demi kejadian yang terjadi terkait Makan Bergizi Gratis (MBG) membuat program pemerintah tersebut disorot. Salah satunya adalah laporan dari detikjogja yang terbit pada 26/09/2025 dengan judul Emak-Emak di Jogja Demo Minta MBG Disetop Buntut Keracunan Massal.
Masih berdasarkan laporan detikjogja Emak-Emak tersebut demo dengan membawa alat dapur seperti panci yang dipukul serentak sebagai bentuk protes dan melayangkan 5 tuntutan.
Kendati begitu menurut hemat saya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah program yang sangat baik terutama untuk memberi pemenuhan gizi bagi balita, anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui.
Oleh karena itu program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak perlu disetop atau dihentikan namun perlu dievaluasi dalam pelaksanaanya utamanya pada sasaran siswa di sekolah karena kasus-kasus keracunan paling banyak ditemukan di tingkat sekolah.
Evaluasi tersebut menurut hemat saya adalah mengembalikan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari yang awalnya dikelola oleh Badan Gizi Nasional melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dikembalikan pada para Emak di rumah.
Lalu bagaimana mekanismenya?
Sosialisasi Makan Bergizi Gratis (MBG) Kepada Orangtua Siswa di Sekolah
Perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) di daerah melakukan sosialisasi terkait Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada orang tua siswa di masing-masing sekolah. Sosialisasi tersebut dilakukan untuk memastikan pemahaman yang baik antara pemerintah, sekolah dan orangtua terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) termasuk dalam kaitan biaya besaran porsi makanan.
Melakukan Pendataan Jumlah Siswa Penerima MBG di Sekolah
Selain melakukan sosialisasi program, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) di daerah juga perlu melakukan pendataan jumlah siswa penerima MBG di sekolah sehingga terjadi validasi data yang akurat.
Melakukan Pendataan Terkait Nomor Rekening Orangtua Penerima MBGÂ
Perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) di daerah melakukan pendataan nomor rekening orangtua penerima MBG. Itu dilakukan untuk melakukan trasfer kepada orangtua dalam kaitan biaya ganti jasa menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) untuk bekal siswa ke sekolah.
Merencanakan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Dengan Sekolah
Setelah 3 mekanisme sebelumnya telah dilakukan, maka langkah lanjutanya adalah merencanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan Sekolah. Hal itu dilakukan dengan membuat program yang akan dilakukan sekolah dengan menyepakati kapan kegiatan akan dilakukan, jam berapa kegiatan dijalankan atau makanisme kegiatannya (makan di dalam kelas atau luar kelas).
Perwakilan Badan Gizi Nasional Melakukan Pendataan Pelaksanaan MBG di Sekolah
Setiap hari perwakilan Badan Gizi Nasional di daerah akan melakukan pendataan ke sekolah-sekolah terkait pelaksanaan MBG. Pendataan tersebut dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan MBG di sekolah dengan melakukan ceklis siswa yang membawa bekal dan melaksanakan Program Makan Bergizi Gratis dan tidak.
Misal di kelas X ada 30 siswa, di hari senin yang masuk dan membawa bekal ada 28 orang, maka tim akan menceklis siswa-siswa yang membawa bekal yang tidak tidak akan di ceklis di hari tersebut. Itu dilakukan untuk mendapatkan data keterlaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.
Perwakilan Badan Gizi Nasional Melakukan Rekap Data Setiap Bulan
Setelah program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan, perwakilan Badan Gizi Nasional (yang diberi tugas) melakukan rekap dan singkron data terkait keterlaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.
Data tersebut digunakan untuk nantinya sebagai bahan pertimbangan dalam kaitan trasfer uang untuk balas jasa bagi orangtua.
Semisal jika seorang anak dalam satu bulan masuk sekolah hanya melakukan 20 kali program Makan Bergizi Gratis (MBG) maka dana yang akan ditrasfer sebanyak siswa/anak tersebut melaksanakan program.
Karena sudah pasti seorang siswa dalam satu bulan akan ada saja yang tidak masuk kelas, entah karena fakultatif, sakit, izin keperluan keluarga atau ada urusan lainnya.
Transfer Uang Pengganti Kepada Orangtua Sebagai Balas Jasa Pelaksanaan MBG
Setelah data rekap perbulan valid dan sudah pasti maka langkah selanjutnya adalah melakukan trasfer kepada orantua siswa penerima manfaat Makan Bergizi Gratis (MBG). Terkait dana trasfer sebagai balas jasa kepada orangtua telah disepakati ketika sosialisasi program dilakukan.
Semisal dalam satu kali program Makan Bergizi Gratis (MBG) setiap anak mendapat besaran dana sebesar Rp10.000,- untuk setiap paket makanan yang dibuat oleh orangtua. Maka setiap bulan tinggal dikalian besaran yang akan didapat orangtua dengan rumus banyak program terlaksana x Rp10.000,-
Semisal 24 hari x Rp10.000 maka yang akan didapat orangtua perbulan dari balas jasa program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah Rp240.000.
Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah program yang baik karena bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan sehingga sangat sayang bila di setop, namun dalam kaitan pelaksanaan masih bisa terus dievaluasi dan menggunakan berbagai cara hingga menemukan rumusan yang pas seperti salah satunya mengembalikanya kepada Emak.
Salam Cerita MBG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI