Mohon tunggu...
Sam Nugroho
Sam Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Notulis, typist, penulis konten, blogger

Simple Life Simple Problem

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Melalui IIEE 2017 Buktikan Generasi Santri Milenial Berwawasan Global

28 November 2017   22:02 Diperbarui: 28 November 2017   22:21 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri cilik unjuk kebolehan di atas panggung (dok. Ditpdpontren)

Indonesia adalah negara kepulauan yang majemuk dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia dengan jumlah penduduk Muslim sekitar 200 juta jiwa. Jumlahnya berkisar antara 87,2% dari total penduduknya dan secara jumlah otomatis menjadikan Islam sebagai agama yang dominan di negara ini.

Letak kawasan Indonesia sebagai negara kepulauan itulah menjadikan potensi dan berkontribusi secara signifikan terhadap terbentuknya masyarakat yang heterogen dengan sosial dan budaya. Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai kawasan dengan beraneka ragam budaya lokal dan berbagai macam etnis, suku serta agama yang dapat hidup saling berdampingan secara damai dan harmonis. Termasuk pada bagaimana pendidikan Islam yang beragam, baik dari segi bentuk maupun praktik pembelajarannya. 

Apabila dibandingkan dengan Muslim dunia di negara lain, Indonesia lebih unggul dalam hal jumlah lembaga pendidikan Islamnya, mulai dari jumlah madrasah sekitar 75.000 lembaga, 28.000 pesantren, hingga 600 lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam. Sebagian besar lembaga-lembaga tersebut didirikan oleh Yayasan swasta dan ormas keagamaan, misalnya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Persatuan Islam (PERSIS). Disamping mengelola lembaga pendidikan, organisasi-organisasi tersebut juga bergerak di bidang pelayanan publik (public services) seperti di bidang kesehatan dan lembaga keuangan baik nirlaba maupun sektor komersil.

Pada kenyataannya, banyak sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit yang dapat dijumpai dengan mudahnya di seluruh Indonesia di bawah nama organisasi-organisasi tersebut, terutama dua ormas terbesar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Keberadaan ormas-ormas tersebut memainkan peranan penting dalam pergerakan-pergerakan keagamaan secara umum terutama dalam hal pendidikan. Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan Islam di Indonesia telah menjadi saksi munculnya cendekiawan muslim yang berpengaruh melalui karya mereka. Hasil karya mereka diakui dengan baik di negara kita maupun dunia, khususnya umat Islam secara keseluruhan hingga saat ini.

Profil tokoh lulusan pendidikan Islam

Kita melihat banyak sekali tokoh bangsa di negeri ini justru dicetak dari didikan kuat Pendidikan Islam dan tidak jarang mereka merupakan lulusan pesantren dan institusi atau lembaga pendidikan yang bernafaskan Islam. Sebut saja pemuka agama dunia asal Indonesia Imam Shamsi Ali, Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD.

Muhammad Syamsi Ali, biasa dipanggil Syamsi Ali atau Shamsi Ali dalam bahasa Inggris, saat ini merupakan Imam besar di Islamic Center of New York dan direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York, Amerika Serikat, yang dikelola komunitas muslim asal Asia Selatan. Syamsi Ali aktif dalam kegiatan dakwah Islam dan komunikasi antaragama (inter religion) di Amerika Serikat.

Sebelum beliau bekerja dan menetap di Amerika Serikat, Imam Ali terlebih dahulu bersekolah di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul-Arqam Makassar. Kemudian, Syamsi Ali melanjutkan jenjang S1 di bidang Tafsir lewat jalur beasiswa dari Rabithah Alam Islami di Universitas Islam Internasional, Islamabad, Pakistan dan merampungkan studi S2 di bidang Perbandingan Agama di Universitas yang sama.

Tak berbeda jauh dengan itu. Pemilik nama lengkap Dino Patti Djalal sebelum berprofesi menjadi seorang duta besar, juru bicara dan diplomat, beliau menempuh jalur pendidikannya di sekolah dasar dan menengah pertama di Sekolah Islam Al Azhar, kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke McLean High School, Amerika Serikat, dan berhasil menamatkan pendidikan Sarjana di Universitas Carleton. Gelar Master diraihnya dari Universitas Simon Fraser di Kanada hingga kemudian meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School of Economics and Political Science.

Sementara Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H., S.U sebelum beliau menjadi hakim dan  dosen juga pernah mengambil studi di Madrasah Ibtidaiyah di Pondok Pesantren al Mardhiyyah, Waru, Pamekasan, Madura. Berlanjut di Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Pamekasan dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) Yogyakarta. 

Gelar Sarjana Hukum Tata Negara diperolehnya dari Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Beliau juga sempat menempuh studi Sastra Arab, di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Magister Ilmu Politik dan Doktor Ilmu Hukum Tata Negara juga di kampus yang sama. Setelah itu gelar Profesor Hukum Tata Negara diperoleh dari Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun