(3) Karyawan makruh
Tipe ini yang kalau hadir malah mengganggu, mengajak ngobrol ketika karyawan lain sedang sibuk kerja. Maka tipe makruh, yang kalau hadir malah mengganggu, kalau tidak hadir malah jadi adem. Hehehe.. kasihan juga ya karyawan model begini. Kehadirannya tidak diharapkan, meskipun kalau hadir ya dianggap biasa, bisa juga diberdayakan. Namun sebagian yang lain justru mengharapkan dia tidak hadir.
(4) Karyawan toksik atau haram
Kalau tipe keempat ini tanpa ampun sangat tidak diharapkan hadir. Kalau hadir betul-betul akan mengganggu karena ibarat racun yang mencemari lingkungan. Maka karyawan tipe toksik alias beracun ini yang akhirnya akan menstimulasi lingkungan kerja toksik juga.
Parahnya, kalau ia adalah atasan, jadi bahaya bangettt.... Kalau toxic employee ini adalah bawahan, maka solusinya gampang yakni dieliminasi atau diphk atau dikondisikan untuk resign. Namun kalau ia atasan, sebagai bawahan ya hanya bisa berdoa saja. Atau lewat Serikat Buruh bergerak untuk melaporkan kepada manajemen.
Toxic employee versus job envinronment toxic sama-sama berbahayanya. Maka sebagai karyawan, tugas kita mempelajari dinamikanya, dan berusaha mencegah racun masuk dalam jiwa kita. Pada saat kita mulai curiga karyawan lain adalah toksik, maka ada kemungkinan kita juga sejatinya ada potensi toksik.
Seperti virus yang terdeteksi oleh vaksin, maka kita perlu mengenali racun agar tidak keracunan. Lingkungan kerja toksik adalah hasil dari adanya karyawan toksik. (24.05.2021/Endepe)