Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gonjang-ganjing Ganjar Capres 2024?

23 Mei 2021   18:28 Diperbarui: 23 Mei 2021   18:35 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Ganjar (foto: kompas.com)

Akhirnya jagad politik kembali memanas dengan gonjang ganjing yang melanda di tubuh PDI Perjuangan dengan tokoh sentral yang menjadi subjek rumor adalah Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. 

Kader PDI-P yang juga menjabat Gubernur Jawa Tengah yang juga Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA), Ganjar Pranowo tidak hadir dalam acara penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024 yang digelar di Kantor DPD PDI-P Jateng, di Panti Marhaen Semarang, Sabtu (22/5/2021).  Ganjar Pranowo gubernur ganteng yang diidolakan ibu-ibu, dan semakin populer di media massa harus menerima "nasib" tidak diundang justru di kandang sendiri, Kota Semarang. 

Padahal, acara yang dilaksanakan di Semarang tersebut termasuk prestisius, berisi pengarahan partai oleh Ketua DPP PDI-P Puan Maharani ini dihadiri seluruh kader dari struktural, legislatif dan eksekutif.

Tidak diundangnya Pak Ganjar ini konon karena dianggap wis kemajon (kelewatan), melampaui kepatutan sebagai kader partai. 

"Yen kowe pinter, ojo keminter (Kalau kamu pintar, jangan sok merasa pintar)," kata Ketua DPP PDI-P Bidang Pemenangan Pemilu Bambang Wuryanto usai acara pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya di kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Panti Marhen, Semarang, Sabtu (22/5/2021) malam kepada sejumlah awak media.

Belajar kepada Ibu Rustriningsih.

 Masih ingat Ibu Rustriningsih, kader sejati Partai Nasionalis Indonesia PNI Soekarno yang akhirnya terpuruk selepas "menentang" kehendak partai? 

Mari kita lihat dinamika yang pernah terjadi. Rustriningsih juga dijuluki "Srikandi Masa Kini". 

Namanya dikenal semenjak ia menjadi Bupati Kebumen. Berbagai terobosan program dilakukannya untuk mendekatkan pada warga di kabupatennya. Ia dikenal sebagai aktivis yang mendirikan stasiun televisi lokal yang mengudara hanya pada siang hari, dan setiap hari melakukan dialog kepada warga melalui siaran langsung. Selain itu, ia juga pandai menggunakan dan memanfaatkan laman web sebagai sarana berkomunikasi dengan warganya, sehingga popularitasnya semakin menanjak naik. 

Pendek kata, Rustriningsih adalah pendekar sejati demokrasi rakyat bawah.  Ia adalah kader ideologis, karena rekam jejak keluarganya juga adalah kader PNI sejak jaman Bung Karno. 


Rustriningsih menjadi agak kontroversial ketika ia mulai "berulah",  dengan mengambil peran menjadi salah satu deklarator organisasi masyarakat (ormas) Nasional Demokrat bersama Surya Paloh, tahun 2012, tetapi ketika ormas tersebut bermetamorfosa menjadi sebuah partai, dia memilih tetap berada di partai yang membesarkannya, PDI Perjuangan. 

Dalam hal ini, ideologi hatinya adalah PDI Perjaunagn. 

Kembali ia menghadapi masalah nyata, ketika ia masuk dalam daftar bursa calon gubernur Jawa Tengah, tahun 2013, meski akhirnya PDI Perjuangan menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon.

Dalam hal ini, Ibu Rustriningsih "kalah telak" oleh keputusan PDI P yang akhirnya Pak Ganjar menang sebagai Gubernur Jateng.  Hingga akhirnya, dengan nada kecewa ia "mbalelo" dan pada Pemilihan Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 Rustriningsih menyatakan mendukung pencalonan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa sebagai presiden, bukan Jokowi yang diusung PDIP .

Tapi, setelah itu, dia justru diberhentikan dari partainya, partai yang ia cintai sepenuh hati dengan sejarah kecintaan ideologi marhaenisme PNI Soekarno. 

Maka jika Pak Ganjar akan "bernasib" sama dengan Ibu Rustriningsih, bersiaplah Pak Ganjar untuk kembali kepada rakyat. Hati akan terus menggema, meskipun kembali sebagai rakyat biasa.

Belajar kepada Bapak SBY

Politik itu berdarah darah jenderal, setidaknya darah kehormatan dan kewibawaan. Diawali dengan pencapresan SBY yang sebelumnya adalah anggota kabinet Megawati, Pak SBY percaya diri mengusung pencapresan dirinya melalui Partai Demokrat. Pak SBY pun dianggap "berseteru" dengan Ibu Megawati secara politik, karena dianggap "mbalelo". 

Namun perjalanan hidup membawa pak SBY eksis sebagai presiden selama 2 periode, 10 tahun sebagai RI-1. 

Hal yang biasa dalam politik, berseteru atau berbeda. Namun pasca jabatan 2 periode presiden SBY, maka di era Pak Jokowi adalah era PDIP yang mana memaksa Partai Demokrat AHY - putra SBY -, harus memainkan peran "pinggiran" karena tidak masuk dalam kabinet Pak Jokowi yang notabene PDI P. 


Kembali ke Pak SBY, beliau sempat ditekan dan dipinggirkan, namun berhasil sebagai presiden selama 2 periode.

Pertanyaannya, akankah Pak Ganjar tampil sebagai Pak SBY? Yang awalnya "disingkirkan", namun akhirnya tampil sebagai pemenang? 

Bertanyalah kepada ahli survey. (23.05.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun