Alhamdulillah, lebih cepat dari yang saya duga. Senin, tanggal 15 Maret 2021 akhirnya saya masuk klaster penjelajah di kompasiana. Posisi pukul 21.48 WIB, poin terkumpul 10.056 poin dengan viewer sebanyak 98.01, jumlah artikel 543 judul, headline 7 judul, artikel pilihan sebanyak 236 judul, dengan nilai 5076.
Hidupku memang ajaib, begini sangat menyenangkan dan menggembirakan. Terima kasih ya bapak ibu Redaksi Kompasiana, dan lebih khusus para pembaca dan pemerhati Kompasiana ini. Senang, gembira, dan seperti mau masuk ke dunia baru.
Ya tidak perlu dibandingkan dengan para fanatik, senior, mapun maestro. Ya meskipun semoga bisa juga sampai ke maestro. Ya meskipun bisa jadi dalam bulan-bulan ke depan agak busy dikit dengan suasana kerja yang berbeda. Namun cinta akan mengalahkan rasa lelah.
Berbagi dengan literasi. Berbakti melalui edukasi. Dengan penuh harap ridho Ilahi, menyampaikan pesan langitan walaupun hanya satu ayat atau butiran debu di tengah lautan ilmu.
Apa yang akan saya lakukan setelah menjadi penjelajah ini?
Mau meniru penulis yang konsisten di rubrik tertentu, sepertinya masih berat. Lebih sering tergoda untuk menuliskan apa pun yang dilihat pada hari itu. Sedangkan menulis yang sesuai bidang, rasanya itu sudah ada rumahnya bernama jurnal berakreditasi dan bereputasi akademik. Sedangkan kalau di rubrik kompasiana, kalau terlalu akademik malah bikin pusing. Yang membaca pusing dan tidak mau ngeKLIK. Yang menulis lebih pusing karena risiko ditangkap polisi editor copas yang bisa jadi tidak copas namun dianggap copas. Mau copas pun kalau akademik juga pusing.
Jadi, ya mengalir saja.
Saya sedang mencari dokumen saya ketika saya bertemu Pak Gunawan Muhammad, penulis Caping Catatan Pinggir Tempo. Beliau mengatakan, kaau ingin sukses dan terampil menulis, syaratnya adalah: (1) banyak membaca, (2) banyak menulis.
Welehh... kok bener ya...
Tanggal 15 Maret 2021 saya catat sebagai salah satu kegembiraan saya di usia menjelang 50 tahun ini. Semakin bersyukur, sebagaimana figur Pak Jacob Oetama yang bersyukur tiada akhir. Juga selalu berdzikir sebagaimana diajarkan untuk setiap dengus nafas adalah butiran tasbih untuk selalu menyebut kemahabesaran Allah yang Maha Rahman dan Rahiem.
STIAMAK Barunawati Surabaya menjadi organisasi yang sangat indah selama 3 tahun terakhir ini. Bersama komunitas Gembul 8487, Yayasan Wibhakta Alumni SMAN 7 Yogyakarta, juga FSAI, ASBUPI, IMLI 18 Indonesia Maritime Leadership Institute, dan lain sebagainya.
Syukur tiada akhir. (Monday-Senin, 15 Maret 2021 Pukul 22.01 WIB)