Apa yang menarik dari Kabupaten Nganjuk di Jawa Timur ini? Saya masuk ke nadi pemerintahan dengan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam rangka Pengabdian Masyarakat STIAMAK Barunawati Surabaya. Masyarakatnya relatif halus, bahasa Jawanya lebih halus dibandingkan dengan dialek Suroboyoan. Latar belakang budaya petani yang kental, dan gaya bertutur yang sopan. Saling menyapa dan tersenyum jika terjadi kontak mata. Nuansa Jawa yang dipengaruhi kraton Mataram, dari sisi bahasa dan perilaku tidak jauh beda dengan rakyat Mataram Jogja Solo.
Dari sisi sejarah, rupanya Nganjuk punya sejarah lama di jaman Kerajaan Medang Kamulan Empu Sendok, jauh sebelum Majapahit berdiri.
Adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Pada zaman Kerajaan Medang, Nganjuk dikenal dengan nama Anjuk Ladang yaitu Tanah kemenangan. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin.
Saat ini, posisi data 5 Maret 2021, luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar 122.433 km2 atau setara dengan 122.433 Ha terdiri dari atas tanah sawah 43.052 Ha, lantas tanah kering 32.373 Ha, dan tanah hutan 47.007 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta orang.
Tidaklah mengherankan, sebagian besar peserta pelatihan kami adalah generasi muda yang menekuni profesi petani, atau yang terkait dengan pertanian (supplier pupuk, pengembang produk kebun, dan sejenisnya).
KEJAYAAN PERTANIAN HINGGA KINI
Sewaktu saya bertanya ke peserta, objek wisata apa yang menarik di Nganjuk, malah dijawab "tidak ada". Padahal saya lihat, lahan-lahan pertanian dengan padi menguning, adalah objek yang instagrammable. Mungkin memang perlu dirangsang inovasi dan kreasi, sehingga ekonomi pertanian Nganjuk akan lebih berkembang.
Sebagaimana diketahui, Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi, sangat lama dan punya sejarah panjang.
Dokumen sejarah memperlihatkan, adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Ini menunjukkan Nganjuk menjadi salah satu penyangga pertanian penting di jaman Hindia Belanda.