Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kartasura, Kejayaan Mataram yang Hilang

8 Februari 2021   23:44 Diperbarui: 9 Februari 2021   00:02 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs makam Kartosura (Foto: Kompas.com)

Provinsiku istimewa, ya pasti saya akan tidak bisa melupakan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan sekedar karena beken sebagai Kota Pendidikan, Kota Budaya, Kota Seribu Candi (hehehe.. belum dirilis kan..), juga karena sejarah DIY adalah benar-benar istimewa.  Mataram yang terpisah sejak Perjanjian Giyanti 1755 M, menjadi Kraton Yogyakarta dan Kraton Surokarto, maka semua generasi perlu belajar lagi terhadap sejarah. 

Apakah yang bisa kita pelajari dari sejarah? Bung Karno sudah mengatakan, jasmerah, jangan sekali kali melupakan sejarah. Sebuah kisah berjayanya Kerajaan Mataram, yang sempat menggoyangkan kekuasaan VOC Kolonial di Jakarta. 

Sejarah pertama beribukota di Kotagedhe, Yogyakarta. 

Lantas pindah ke Pleret, Bantul Yogyakarta.

Lantas pindah ke Kerto, yang selanjutnya disebut Kartosuro. 

Lantas pindah lagi ke Surakerta, sementara di sisi lain berpindah ke Yogyakerto. Dengan masuknya perjanjian Giyanti membelah Mataram menjadi Pakubuwanan di Surakarta, dan Hamengkubuwanan di Yogyakarta. Kedua kerajaan ini masih eksis sampai sekarang, namun secara evolusi mulai berkurang pengaruhnya kepada rakyat yang semakin beragam.

Sejarah Anti Kolonialisme 

Masa awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam ini dimulai dari sengketa yang ditandai dengan pembunuhan terhadap Haryo penangsang di Jipang, Blora, dan perebutan wilayah Pajang oleh Sutawijaya. Sengketa ini berakhir dengan berdirinya Kerajaan Mataram yang otonom terpisah dari Pajang yang sebelumnya adalah afiliasi ke Kerajaan Demak Bintoro. 

Lalu, dalam perkembangannya Kerajaan Mataram menjadi salah satu Kesultanan Islam, selain yang ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan serta Sulawesi ,  yang dinilai berkembang di tanah Jawa. Kerajaan Mataram intensif melakukan proses edukasi dan kampanye literasi melalui translating buku, rutin menerjemahkan naskah Arab dan menerjemahkan Alquran ke bahasa Jawa. BAhkan dikenal salah satu rajanya, Sultan Agung adalah intelektual yang menyukai karya sastra dan senang belajar kitab suci AL Quran.  Selain itu,  kesultanan ini juga banyak mendirikan pesantren yang menjadikan wilayahnya sebagai pusat agama Islam di tanah Jawa. 


Selain membangun banyak pondok pendidikan  pesantren, ada bermacam cara, inovasi dan kerativitas yang dilakukan para penguasa untuk menjadikan wilayah Kesultanan Mataram sebagai pusat agama Islam, di antaranya dengan mendirikan rumah masjid mushola langgar di seputar Keraton, yang setiap wilayah pendirian rumah ibadah tersebut dikenal sebagai Kauman (tempat para Kaum Rais, pimpinan agama Islam). 

Sebagaimana kisah yang diungkap banyak ahli sejarah, kejayaan Kesultanan Mataram terjadi pada saat Raden Mas Rangsang atau biasa dikenal dengan Sultan Agung memimpin Kerajaan Islam Mataram pada 1613-1645.  Selain pada masa kepemimpinannya, ia diklaim sebagai raja terbesar dari semua pemimpin kerajaan Mataram, juga sangat percaya diri melawan kolonial hingga dikenal sebagai Raja Agung Mataram. Pada masa kejayaannya, Sultan Agung Hanyokro Kusumo berhasil melakukan ekspansi ke sebagian pulau Jawa dengan cara menundukkan raja-raja lainnya.


Cakupan wilayah kekuasaannya sangat luas, tidak hanya Surakarta dan Yogyakarta sebagaimana saat ini, namun meluas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian wilayah di Jawa Barat. Sultan Agung Hanyokrokusumo ini sangat ambisius dan dominan, juga punya kecerdasan dan keberanian yang luar biasa. Beliau melakukan perlawanan kepada VOC dengan memboyong, menyatukan kekuasaan dengan wilayah lain di kawasan Jawa Barat, yakni Banten dan Cirebon. Dalam sejarahnya, memang wilayah ini menjadi bagian dari Mataram, beberapa kerajaan untuk disatukan, meliputi Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.

Setelah menyerang Batavia, pada tahun 1628 dan 1629, akhirnya Sultan Agung wafat. 

Sejarah berlanjut dengan banyak kisah yang mengharu biru. 

Di Mana Keluarga Kraton Saat ini?

Jika saat dulu rajanya, Sultan Agung adalah intelektual yang kaya literasi dan menyenangi edukasi. Awam sering bertanya, di mana keluarga kraton saat ini, dalam konteks tradisi intelektual dan literasi yang dulu sangat kental? 

Menjelang suksesi Keraton Yogyakarta, yang sempat mengemuka adanya Sabdo Rojo dan lain sebagainya, maka diperlukan gerakan intelektualisasi di sekitar kerajaan. Dengan demikian, kita berharap kelak kejayaan Mataram akan didapatkan lagi dalam konteks budaya intelektual dan tingginya peradaban. Provinsiku istimewa, semoga semakin istimewa. Bangkitlah kaum intelektual kraton, gali dan kembangkan peradaban. 

Semoga kejayaan istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta akan berlanjut dengan bangkitnya intelektual kraton. (08.02.2021/Endepe) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun