Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keplorot...

24 Oktober 2020   17:33 Diperbarui: 24 Oktober 2020   17:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di Madura. Matahari terang menjelang tenggelam (Dokpri/NDP)

Pernah mendengar kata itu ? Keplorot? Yakni ketika manusia berusaha naik pohon, tiba-tiba terjerembab ke bawah. Badan bisa dalam posisi menempel pohon. Dapat juga tangan yang menempel pohon. Pasti sakit. Jika tangan dan tubuh tidak nempel, ya artinya bukan keplorot. Namun terjatuh dari pohon. Lebih sakit. 

Keplorot juga bisa diterjemahkan sebagai melorot pada saat mendaki. Misalnya naik gunung. Lantas jatuh, dan tangan kaki tidak kuasa menahan berat badan. Tubuh pun meluncur ke bawah. Itu juga keplorot. Bagaimana rasanya jika tersangkut? Pasti sakit.

Namun, ada juga keplorot malahan menyenangkan. Namanya plorotan pohon pinang. Justru ketika pemain pada berjatuhan keplorot, penonton bersorak sorai kegirangan. Ketika pemain sudah sukses meraih hadiah di puncak pinang, justru acara akan segera selesei.

Mengapa orang berteriak kegirangan ketika pemain keplorot dari pinang? Bisa jadi memberikan semangat. Bisa jadi mentertawakan, karena kelihatan bodoh meskipun lucu. Ya bisa campur aduk ya..

PUNCAK YANG BERBEDA 

Bagi individu yang sedang mendaki gunung, para pendaki dibagi dalam 3 jenis. Ini menurut mbah peneliti, adalah apa yang dinamakan Adversity Quotient (AQ). mbah Paul G SToltz, adalah peneliti yang menemukan nomenklatur ini yang secara sederhana bisa diterjemahkan sebagai Kecerdasan Penderitaan. Orang yang cerdas mampu mengubah penderitaan, kesulitan, hambatan, kendala, cacian,bullian, dan sebagainya, menjadi sukses tiada kata.  Bukunya berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles into Opportunities, Paul G Stoltz memerkenalkan bentuk kecerdasan yang disebut Adversity Quotient (AQ). 

Dalam AQ, menusia diibaratkan sedang mendaki gunung. Kepandaian untuk keplorot, menahan, mencapai puncak, akan menjadi jenjang sukses meraih cita-cita. Meski demikian, puncak dapat diterjemahkan berbeda beda 

(1) Quitter (Tidak mungkin keplorot) 

Tipe ini adalah orang yang belum apa-apa sudah menyerah. Gunung tinggi menjulang, menyebabkan dia patah arang. Buat apa juga mendakinya? Mau capek? Belum lagi risiko terkena hipotermia, kondisi kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan kematian. Bagaimana jika tersesat? Waduhhh, bagaimana jika bertemu binatang buas? Atau malah ketemu jin setan gentanyangan di hutan kaki gunung yang akan didaki.

"Gak deh... guweh gak mau mendaki. Guweh dah enak di bawah sini, kalian mau mendaki silakan, guwe tunggu di bawah saja, "kata si quitters ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun