Teguran itu masih terngiang. Setiap kali saya pulang. Sore atau malam. Setiap kali melihat sepeda motor penuh boncengan. Dan saya sendirian dimobil. Saya tahu. Itu selalu mengingatkan saya. Bahwa. Ada banyak orang yang berjuang untuk hidup. Dengan banyak keterbatasan. Sehingga jika kita memiliki kelebihan. Saatnya untuk semakin pandai bersyukur.Dan berterima kasih.
Demikian halnya dengan kehidupan. Sekitar 4 orang kawan dekat saya. Wafat. Ada yang sehari sebelum dilantik menjadi pejabat. Ada yang baru selesei menyampaikan laporan manajemen. Dan saya masih hidup.
Hidup itu sendiri adalah hal yang patut disyukuri. Sebuah kesempatan. Untuk berbaik lebih baik. Penuh syukur dan terima kasih.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika panjenengan bisa membacanya. Itu sebuah nikmat. Berarti anda punya sinyal, pikiran jernih, akses internet, dan akal budi. Itu juga karunia. 4 dari 100 yang bisa dituliskan setiap hari.
Tiada hari tanpa bersyukur. Pada setiap, bahkan, dengus nafas. Seharusnya kita bersyukur. Karena bernafas pun. Adalah karunia tidak terhingga.
Terimakasih Pak Jacob Oetama, inspirasi buku: Syukur tiada akhir.
Terima kasih Rhonda Byrne; The secret Daily Teaching.
(22.10.2020/NDP)