Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dampak Positif Multi Budaya dari Pertukaran Pelajar Internasional

13 Oktober 2019   20:02 Diperbarui: 13 Oktober 2019   20:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim rafting gabungan Indonesia - China - Bangladesh - Belanda di rafting S Elo (dokpri).

Tanggal 13 Oktober 2019 ini adalah hari terakhir siswa-siswi dari Eindhoven Belanda menjalani masa  pertukaran di Yogyakarta. Tepatnya di SMAN 3 Padmanaba dan SMAN 8 Yogyakarta, bersama dengan Eindhoven saling bekerja sama. 

Masing-masing sekolah, akan ditempati siswa-siswi dalam konsepsi Host Family. Untuk tahun 2019 ini siswa siswi Belanda ke Indonesia, dan 2020 siswa-siswi Indonesia ke Belanda. 

Selama tidak kurang dari satu minggu siswa siswi dari Belanda tersebut menjalani program. Dikemas lebih informal, siswa menjalani banyak program  outing ke Borobudur, Prambanan, Kraton, Alun-alun Kidul, Parangtritis, termasuk rafting di Sungai Elo, praktik masak menu Indonesia, mencoba pakaian tradisional, mencoba musik gamelan, pentas seni, dan lain-lain.

Yang unik, ternyata siswa-siswi dari Belanda tersebut tidak semuanya bule Eropa. Sebagian adalah generasi ke2 migran dari Bangladesh, China, Maroko, dan lain-lain. Tidak heran, siswa-siswi tersebut tidak melulu bule. Sehingga, ada keunikannya. Diajak bicara bahasa Indonesia, ternyata bule keturunan Asia. 

Namun demikian, dapat dicatat setidaknya ada 3 dampak program tersebut.

1) Siswa mengembangkan toleransi kehidupan sampai skala Internasional. Selain saling berusaha memahami bahasa, siswa siswi juga saling belajar mengenali budaya Indonesia sampai ke jantung masyarakat desa pelosok, misalnya ketika rafting ke Magelang. Dan ketika mendapatkan keramahan dari masyarakat, maka branding ramah Indonesia kembali mengemuka. 

2) Peradaban Eropa sepertinya memasuki era percampuran sampai pada fisik manusia, sehingga masyarakat yang plural betul-betul semakin berkembang di Eropa. Ciri fisik Asia, Afrika, Timur Tengah, mewarnai siswa siswi Eropa yang studi di Indonesia tersebut. Pada saat berinteraksi di Indonesia, yang identik dengan mayoritas muslim, program ini membawa dampak positif terhadap citra damai muslim Indonesia. Yogyakarta yang relatif bersih dari pengemis, rupanya juga menjadi perhatian siswa siswi ini.

"Saya kira ada pengemis, rupanya di sini tidak ada. Mungkin karena masyarakatnya baik hati, sehingga tidak ada orang yang kelaparan di sini, "ungkap Rik kepada penulis, menyampaikan opininya tentang masyarakat di Yogyakarta. Kebaikan hati masyarakat tersebut, direkam oleh Rik, ketika melihat ada banyak orang berbagi minuman dan makanan gratis selama program rafting di sepanjang Sungai Elo. 

3) 5 - 10 tahun ke depan besar kemungkinan anak-anak itu akan menjadi pengambil keputusan di negaranya. Atau menjadi orang kunci. Dan program ini secara berkesinambungan perlu diteruskan, karena terlihat semua siswa antusias menghadapi interaksi dengan masyarakat Indonesia, baik di sesi outing sport, atau pun budaya.

Semoga menjadi pertanda bahwa masa depan peradaban Indonesia di tengah kancah Internasional akan semakin baik (ndp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun