Lengkap sudah. Akhirnya fb pun kena blokir. Semoga untuk sementara saja, namun munyer munyer gak mau masuk dalam link, memusingkan juga. Apalagi bagi mereka yang menggunakan efbe sebagai media info bergambar, publikasi gratis untuk kegiatan sosial, kegiatan komunitas, dan kegiatan akademik atau pun non akademik.
Sebenarnya, bahasa lama blokir adalah pemberangusan. Berangus dalam bahasa Jawa, artinya mulutnya ditutup dengan kain, kasa, tali, dan segala hal yang menyebabkan mulut tidak bersuara.
Beruntung, kompasiana bukan dikategorikan sebagai medsos. Masih bebas blokir. Meskipun dikatakan rule of games nya adalah format blog dan penulis bertanggung jawab terhadap tulisan di kompasiana, namun filter admin kompasiana masih berjalan sangat baik. Setidaknya tulisan yang ekstreem njiplak, atau diduga menjiplak, atau tendency lain, langsung dihapus.
Apakah blokir memblokir berangus memberangus ini berdampak positif terhadap jagad literasi nusantara?
Apakah berdampak negatif ?
Youtube : Tahun 2017 sudah pernah digagas tentang blokir medsos.
Biar bisa ngeles, embuh gak eruh lah sikap kita terhadap konteks politis atas blokir memblokir ini.
Mungkin ditujukan untuk menghindari risiko sosial negatif atas kegiatan demo 22 mei 2019 yang lalu.
Namun, bukankah fb sudah punya ruang untuk menghapus konten, dan bahkan bisa black list atas tayangan negatif baik pornografi agresivitas dan lainnya?
Untuk sementara, ya biarlah terjadi sesuai kehendak pengambil keputusan.