Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bocah Merapi dan Masa Depan

20 November 2010   18:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:26 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dimuat di http://www.harianjoglosemar.com/berita/bocah-merapi-dan-masa-depan-29781.html

Sepanjang 2010 bencana alam silih berganti melanda Indonesia. Dari banjir bandang di Wasior, Papua Barat; gempa dan gelombang tsunami di Mentawai, Sumatra Barat; sampai rentetan letusan Merapi di perbatasan Jateng dan DIY. Bencana alam tak hanya merenggut korban jiwa dan menelan kerugian miliaran rupiah. Tapi juga menyebabkan trauma psikis dalam diri warga. Tak terkecuali anak-anak di barak pengungsian.

 

Misal yang dialami seorang anak pengungsi Merapi dari Boyolali, Jawa Tengah. Setiap kali ia melihat masker, yang terpikir ialah segera bersiap-siap mengungsi dengan truk. Karena takut terkena semburan awan panas dan guyuran hujan abu vulkanik. Lain lagi anak pengungsi dari Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, ia langsung merasa panik kalau mendengar suara gembludug (gemuruh) dan raungan sirene ambulans.

 

Menurut Maya Safira Muchtar, terapis kesehatan holistik L’Ayurveda Jakarta, istilah psikologi ihwal gangguan stres pascatrauma semacam itu ialah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Rekaman pengalaman menakutkan ketika bencana alam terjadi berulang terus-menerus (reexperience) di benak para korban. Bentuknya berupa khayalan, mimpi, halusinasi, dan flash back (kilas balik).

 

Sehingga para pengungsi akan ketakutan dan bereaksi panik seperti saat trauma itu terjadi. Bila berkepanjangan gangguan ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Antara lain, menjadi mudah tersinggung, emosional, dan suka melongo (melamun). Oleh sebab itu, selain pemenuhan kebutuhan logistik, ganti rugi ternak, dan rehabilitasi infrastruktur, para pengungsi juga membutuhkan terapi pemulihan stres dan trauma. Terutama sekali bagi anak-anak di barak pengungsian.

 

Para ilmuwan menyatakan bahwa sebelum masuk sekolah, tepatnya sekitar usia 4 sampai 5 tahun, terdapat lebih dari 50 persen neuron otak yang sedang tumbuh dan membentuk sirkuit tertentu. Itulah kenapa tahun-tahun awal tersebut dinamai the golden age (masa keemasan). Peran orangtua dan guru ialah untuk memberikan stimulus positif. Berupa kata dan keteladanan tingkah laku. Agar tercipta rangkaian sel yang relatif berkualitas.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun