Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wawancara Ekslusif dengan J. Sumardianta, Guru Gokil dari Yogyakarta: Let's Be A Great Teacher

15 Juni 2013   07:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:00 7865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13712571971892455684

Itu sebabnya saya sedikit sekali memberi instruksi. Saya lebih banyak mengalokasikan waktu agar murid lebih banyak belajar, secara individual maupun kelompok. Secara individual program favorit saya "Silent Reading Program" (kegiatan membaca senyap yang dilakukan murid di kelas). Buku-buku yang mereka baca bacaan inspiratif (kisah perjalanan dan biografi) yang sudah saya kuasai. Evaluasinya berupa wawancara individu bukan ulangan tertulis. Evaluasi ini melatih membiasakan murid berpikir tingkat tinggi bukan sekedar berpikir tingkat rendah menghafal konsep.

Untuk tugas kelompok (colaborative learning) evaluasinya berupa presentasi kelompok menggunakan slide show. Ini untuk melatih murid bekerja sinergis dalam grup. mengasah kemandirian dalam kemitraan. Mereka tidak dibiarkkan menjadi egois karena pengetahuan harus bersifat sosial---maslahat (manfaat-ed)nya dirasakan sesama. Juara sejati itu bukan mengungguli melainkan yang bisa berpikir sinergis (cara berpikirmu ketemu cara berpikirku. Hasilnya cara berpikir kita). Pendidikan sinergis hanya jalan bila evaluasinya bukan ulangan tertulis atau pilihan ganda melainkan innerview (wawancara mendalam individual) dan presentasi produk kelompok.

Alumni semacam apa yang sudah "dihasilkan" oleh sekolah tempat Pak Guru bekerja selama ini?

Para alumni yang hidupnya mau melayani sesama. Di bidang ekonomi Tony Prasetyantono. Di bidang manajemen Dr. Hani Handoko. Di bidang SDM Sri Martono, salah satu CEO Astra International. Tokoh-tokoh yang hidupnya terbimbing visi dan nilai (meaning and values led).

Bagaimana pandangan Pak Guru sebagai praktisi pendidikan terkait perubahan kurikulum 2013 di tahun ajaran baru mendatang? Apakah akan mempengaruhi sistem dan metode pembelajaran Bapak di kelas?

Saya pernah dipasangkan bersama Prof. Abdullah Alkaf, dosen ITS, Staf Ahli Mendiknas, dalam suatu diskusi tentang kurikulum 2013 di komunitas Salihara Jakarta milik budayawan Goenawan Mohamad. Prof. Abdullah Alkaf bilang, saya sudah mempraktikkan spirit kurikulum  2013 jauh sebelum kurikulum baru itu diterapkan. Metode pembelajaran saya memberdayakan dan menumbuhkan gairah murid untuk belajar. Bukan mentunadayakan atau mempecundangi murid dengan model kurikulum pabrikan (massal) yang diajarkan serampangan.

Bagaimana cara Pak Guru menularkan semangat pembelajaran yang lebih manusiawi tersebut kepada rekan-rekan pendidik lainnya di seluruh tanah air?

Saya menularkan virus pembelajaran berpusat pada dan membahagiakan murid lewat tulisan-tulisan di surat kabar dan buku. Saya juga hadir dalam event-event pelatihan, konferensi, dan  reality show televisi semacam Kick Andy Show-Metro TV dan Rumah Perubahan Rhenald Kasali-TVRI. Saya guru  dan pemimpin pembelajaran (instructional leader) yang tidak hanya bisa mengelola kelas melainkan bisa mempengaruhi media massa. Saya guru yang punya jaringan luas. jejaring sosial itulah yang saya manfaatkan buat menyebarluaskan pentingnya PCL dan mudaratnya FCL.

Apa cita-cita Pak Guru di masa depan dalam bidang pendidikan dan juga kepenulisan?

Apa yang saya raih selama ini sebagai pendidik, kolomnis, penulis buku, dan public speaker sudah jauh melampaui impian pribadi. Saya ke depan harus lebih giat menyebarluaskan spirit Be Great Teacher (guru hebat yang menginspirasi). Soalnya mayoritas guru di Indonesia itu tipe medioker dan superior yang kerjanya ceramah dan memadamkan selera belajar murid. Sistem evaluasi yang ujung-ujungnya Ujian nasional juga menambah beban berat pendidikan. Pendidikan telah merosot sekedar pelatihan menjadi bodoh (stupidifikasi).

Apa pesan Pak Guru untuk rekan-rekan guru lainnya serta anak muda yang hendak belajar menulis juga?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun