Seperti Citra Hitam, misalnya. Bertahun-tahun saya mendengarkan lagu yang liriknya digarap bareng Guruh Soekarno Putra itu tanpa sadar kalau isinya tentang penderitaan Bung Karno semasa tahanan rumah.
Juga lagu Jeritan Seberang. Siapa sangka lagu yang liriknya digarap Jockie sendiri tersebut sangat politis. Tentang warga Indonesia yang tidak bisa pulang akibat pergolakan Republik Maluku Selatan.
Yang paling penasaran sebenarnya Huma di Atas Bukit. Yang liriknya digarap Donny Fatah dan sutradara film Syumanjaya. Soalnya sampai sekarang saya tidak tahu liriknya sebenarnya berkisah tentang apa.
Seribu rambutmu yang hitam teruraiÂ
Seribu cemara seolah menderaiÂ
Seribu duka nestapa di wajah nan ayuÂ
Seribu luka yang nyeri di dalam dadaku
Di sana kutemukan bukit yang terbukaÂ
Seribu cemara halus mendesahÂ
Sebatang sungai membelah huma yang cerahÂ
Berdua kita bersama tinggal di dalamnya ....
Waktu kecil dulu saya kira ini lagu tentang berkemah di alam bebas. Kemping atau semacam itu. Tapi kayaknya bukan ya. Soalnya pakai nyeri-nyeri segala. Masa berkemah malah kena encok. Malah kemudian saya sempat mengira maknanya soal hubungan suami-istri. Tapi mungkin karena waktu itu saya baru puber.
Tapi lagu Jockie tidak cuma melulu soal cinta saja. Tahun 1977, empat tahun sebelum Iwan Fals nyinyir 'Oemar Bakrie', Jockie bersama James F Sundah sudah berani memajang lirik bertema kritik sosial dalam lagu yang berjudul 'Jurang Pemisah'. Liriknya dikemas halus sekali, sehingga sepertinya tidak sampai mengundang kecurigaan Pangkopkamtib (Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban) semasa itu.
Dari puncak bukit megah ini
Sejenak pandangku terlempar
Nan jauh di lembah di bawah sana
Terpisah dalam dan curamnya jurang
Di sana sobatku berkumpul
Bergumul dalam liatnya lumpur
Merangkak mencari jalan keluar
Terhuyung tersandung dan jatuh lagi
Bilakah saatnya
Kau datang dan berkumpul
Di bukit megah ini
Hai!
Sumpah. Pertama kali saya dengar lagu yang vokalnya diisi Chrisye tersebut, saya juga mengira itu soal naik-naik ke puncak gunung. Hehehe. Butuh bertahun-tahun sebelum saya sadar itu bercerita tentang kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
Dari semua karya almarhum, bisa dibilang lagu Jurang Pemisah ini yang paling saya favoritkan. Musiknya ajaib. Memadukan rock progresif dengan partitur klasik. Menyelipkan potongan lagu tradisional 'Gambang Suling' segala. Masa putarnya hampir sepuluh menit. Terlalu maju untuk jaman itu. Bahkan mungkin masih terlalu maju untuk jaman sekarang.