Mohon tunggu...
Nudinlubis Lubis
Nudinlubis Lubis Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saat ini saya hanya seorang anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Kalah Menggugat, Tokoh Tua Tak Laku di 2019

22 Agustus 2014   22:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Prabowo begitu "mati-matian" menggugat hasil pemilu Pilpres 2014? Mengapa Prabowo tidak legowo saja menerima hasil Pilpres sejak pertama kali ditetapkan oleh KPU? Lalu Prabowo kembali menyiapkan amunisinya untuk Pilpres 2019? Mengapa Prabowo terlalu ngotot di 2014? Seakan-akan menghabiskan seluruh kekuatannya di 2014? Karena kalau tidak sekarang kapan lagi. Itu yang selalu dikumandangkan Prabowo dan Gerindra. Bukan apa-apa, mungkin memang karena Prabowo sudah tua. Dan ini sudah kedua kalinya Prabowo ikut dalam ajang capres-capresan, yang pertama sebagai cawapres dan kali ini sebagai capres. Kalau bukan Prabowo, siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi, dan hasilnya kalau bukan kalah apa lagi?

Ini menarik, sebab golongan tua akan berakhir untuk mencalonkan diri sebagai Presiden di 2014. Golongan tua yang elektabilitasnya mendekati Jokowi hanya Prabowo, dan sekelas Prabowo saja kalah melawan Jokowi (terlepas dari segala isu kecurangan). Bagaimana model golongan tua yang lain. Pastinya tidak akan bertaji lebih tajam.

Gugatan Prabowo yang menggebu-gebu juga menjadi pertanda bahwa Prabowo tidak akan nyapres lagi di 2019. Selain umurnya akan bertambah tua 5 tahun lagi. Modal yang dibutuhkan semakin banyak, ditambah sikap dan cara Prabowo bersama timnya dalam gugatan ini yang justru tidak menarik simpati masyarakat. Padahal, jika Prabowo legowo saja, sejak pertama kali KPU menetapkan, masih ada Pilpres 2019. Prabowo bisa membuktikan bahwa dirinya lebih pantas daripada Jokowi, dan berharap Jokowi melakukan blunder dalam masa kepemimpinannya selama lima tahun, atau dibuat blunder oleh koalisi merah putihnya, yang menguasai setengah lebih suara di parlemen.

Mereka lupa atau sengaja melupakan, Jokowi tidak akan berkuasa selama-lamanya, satu periode hanya 5 tahun dan maksimal 2 periode akan harus hengkang dari Istana Merdeka. Soalnya hanya satu, partai-partai di barisan koalisi merah putih, belum terbiasa tidak berkuasa.

Tapi ada hikmah dengan kejadian semacam ini, orang-orang tua tidak akan laku di 2019, kecuali satu nama, SBY. SBY pun akan terlalu tua di 2019 nanti. Pasar (rakyat) sudah tidak menarik lagi dengan kepemimpinan orang-orang tua, di 2019 nanti kita akan disajikan calon-calon pemimpin muda, siapakah yang akan diorbitkan partai politik lawannya Jokowi untuk menawarkan calon presidennya dari golongan muda?

Anies Baswedan berpotensi maju melawan Jokowi di 2019, tapi dengan posisinya sekarang sebagai tim sukses Jokowi sepertinya Anies Baswedan baru bisa maju di sepuluh tahun yang akan datang, itu terlalu lama, namun siapa yang tau dalam politik. Ridwan Kamil walikota Bandung akan menjadi lawan yang cukup menyegarkan bagi Jokowi di 2019. Hanya harus meninggalkan kesundaannya untuk bertarung di level Presiden. Siapa tau, Soekarno pun memimpin dari Bandung pada masa merebut kemerdekaan. Dan Anas Urbaningrum, jika ia mampu lepas dari jeratan kasus korupsi yang dituduhkan KPK kepadanya, asal tidak berlarut-larut proses persidangannya, dan Anas bebas dari jeratan hukum. Anas berpotensi menjadi lawan dengan hulu ledak yang dahsyat di 2019.. Dalam jeratan kasus KPK Anas ini seperti dalam pembuangan dari panggung politik nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun